Menteri Keuangan Sri Mulyani diperkirakan bakal sulit mencapai target penerimaan pajak sebesar Rp 1.988,9 triliun karena menghadapi tantangan dari pelemahan harga komoditas dan konsumsi rumah tangga.
BPS mencatat konsumsi pemerintah meningkat 19,90% secara tahunan (yoy) pada triwulan pertama 2024. Pertumbuhan ini didorong oleh belanja Pemilu 2024, belanja pegawai hingga bansos.
Ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,11% secara tahunan (yoy) pada kuartal I 2024. Pengaluran konsumsi rumah tangga menjadi motor dan penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,11% secara tahunan (yoy) pada kuartal I 2024. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan kuartal IV 2023 sebesar 5,04% yoy.
Bank Indonesia memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh di kisaran 4,7% - 5,5% pada 2024. Proyeksi pertumbuhan akan didorong oleh ekspor dan konsumsi rumah tangga.
BPS mencatat tingkat konsumsi rumah tangga melambat pada 2023 yang hanya tumbuh 4,47%. Perlambatan itu terjadi karena tingkat konsumsi kelompok menengah atas yang turun.
Pemerintah Indonesia masih optimis ekonomi Indonesia akan tumbuh di kisaran 5,1%-5,7% pada 2024 walau masih dibayangi perlambatan ekonomi global berdasarkan prediksi IMF dan Bank Dunia.
Kenaikan harga bahan pokok seperti cabai hingga beras telah menyebabkan fenomen 'makan tabungan'. Fenomena ini terjadi ketika pendapatan masyarakat lebih kecil dibandingkan konsumsi karena inflasi.
BI melihat perbedaan pola belanja generasi muda dan tua. Di antaranya Generasi Z & Milenial yang lebih memilih belanja online sehingga tingkat inflasi menjadi Lebih rendah
BI mencatat pola konsumsi gen Z dan milenial dalam menggunakan paylater menjadi salah satu sumber pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Utang pinjol kedua generasi ini Rp 25,9 triliun.