Arus masuk dana asing (capital inflow) masih berlanjut ke Februari ini. Seiring kondisi tersebut, nilai tukar rupiah masih cenderung menguat bahkan sempat menyentuh level 13.800 per dolar Amerika Serikat pada Rabu, 6 Februari. Sepanjang tahun ini (year to date/ytd), total capital inflow ke saham dan surat utang negara (SUN) mencapai Rp 40,16 triliun.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan per 4 Februari lalu, kepemilikan asing atas SUN telah mencapai Rp 919,22 triliun pada Senin. Ini artinya, kepemilikan asing bertambah Rp 25,97 triliun (ytd). Adapun sepanjang Februari, kepemilikan asing bertambah sebesar Rp 6,38 triliun.
(Baca: Rupiah Perkasa, Investor Asing Buru Aset Keuangan Indonesia)
Sementara itu, mengacu pada data RTI, investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 14,19 triliun (ytd). Meskipun, terjadi aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 11,17 triliun dalam sepekan hingga Kamis, 7 Februari siang.
Sejalan dengan hal tersebut, rupiah tercatat menguat 2,88% (ytd) hingga berada di posisi 13.975 per dolar AS pada perdagangan Kamis siang ini. Sehari sebelumnya, rupiah sempat menyentuh level terkuatnya sejak Juni tahun lalu, yaitu pada kisaran 13.800 per dolar AS usai rilis pertumbuhan ekonomi 2018. Tahun lalu, rupiah sempat menembus level 15.200 per dolar AS.
(Baca: Laju Ekonomi 2018 Sesuai Harapan, Rupiah Sempat Menguat 13.800/US$)
Derasnya arus masuk dana asing seiring dengan berkurangnya ketidakpastian global mulai kuartal Iv tahun lalu. Kekhawatiran pelaku pasar akan perang dagang menurun setelah AS-Tiongkok sepakat untuk bernegosiasi. Kemudian, bank sentral AS memberikan sinyal bahwa akan sabar dalam memutuskan kelanjutan dari kebijakan menaikkan bunga acuan. Ini membuat daya tarik investasi di negara berkembang kembali meningkat.
Dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi 2018 sesuai ekspektasi pemerintah, bahkan di atas ekspektasi beberapa ekonom. Pertumbuhan ekonomi mencapai 5,17%. Pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi sejak 2014 atau selama pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Meskipun, di bawah target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang sebesar 5,4%.
(Baca: Ada Empat Faktor, Gubernur BI Lihat Rupiah Bisa Terus Menguat)
Adapun Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution berpendapat nilai tukar rupiah yang berpada pada kisaran 13.900 per dolar AS masih terlalu murah alias undervalued. Dengan demikian, ia melihat potensi penguatan lebih lanjut rupiah. Namun, hal itu masih bergantung pada perkembangan kondisi ekonomi global maupun domestik.