Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan defisit transaksi berjalan sebesar US$ 8,8 miliar pada kuartal IV 2018 atau 3,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Nominal defisit ini sama dengan kuartal sebelumnya. Namun, ekonom memperkirakan defisit bisa melebihi US$ 10 miliar.
Neraca transaksi berjalan (current account) mencerminkan pasokan dan permintaan valuta asing dari aktivitas perdagangan internasional dan kegiatan jasa suatu negara. Kondisi transaksi berjalan defisit artinya pasokan valuta asing (valas) dari aktivitas tersebut tidak cukup mendanai kebutuhan valasnya.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam menjelaskan perkiraan defisit transaksi berjalan tersebut lantaran defisit neraca perdagangan tidak bisa ditutup dengan neraca pendapatan maupun neraca jasa. Di sisi lain, terjadi defisit besar pada neraca pendapatan sekunder.
(Baca juga: BI Anggap Defisit Neraca Dagang Membengkak Tidak “Alarming")
Ia memaparkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca dagang defisit sebesar US$ 4,95 miliar pada triwulan IV. Rinciannya, defisit neraca dagang pada Oktober mencapai US$ 1,8 miliar, November sebesar US$ 2,05 miliar, dan Desember sebesar US$ 1,1 miliar.
Sementara itu, neraca jasa diperkirakan seperti pola triwulan sebelumnya, yaitu defisit US$ 1-2 miliar. Neraca pendapatan sekunder diproyeksikan surplus sekitar US$ 1-2 miliar dan neraca pendapatan primer diperkirakan defisit besar, yaitu US$ 7-8 miliar.
“Dengan data historis seperti ini, dan neraca perdagangan yang defisit begitu besar pada triwulan IV, maka kita bisa perkirakan defisit current account akan berkisar US$ 11-12 miliar,” kata dia kepada katadata.co.id, Kamis (17/1).
(Baca: Ekonom: Proyeksi Surplus Neraca Pembayaran US$ 4 Miliar Tak Realistis)
Di sisi lain, prediksi Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mirip dengan BI yaitu 3,1-3,3% terhadap PDB pada kuartal IV 2018. “Ini melihat defisit perdagangan dari Oktober-Desember 2018 ditotal mencapai US$ 4,86 miliar,” ujarnya.
Namun, defisit tersebut mampu ditopang oleh aliran arus dana asing masuk (capital inflow) ke pasar keuangan yang bakal terlihat pada neraca modal dan finansial. Capital inflow tersebut di antaranya didorong oleh penerbitan obligasi global oleh pemerintah sebesar US$ 3 miliar pada Desember 2018.
Saat rapat dengan Komisi XI DPR, Rabu (16/1), Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya memperkirakan defisit transaksi berjalan pada triwulan IV sebesar US$ 8,8 miliar atau sekitar 3,3% terhadap PDB. Namun demikian, defisit diperkirakan bisa ditambal oleh neraca modal dan finansial.
Pada triwulan IV 2018, ia memperkirakan arus masuk dana asing sebesar US$ 12,5 miliar, dari investasi asing langsung (foreign direct invesment/FDI) dan investasi portofolio. “Jadi keseluruhan NPI (Neraca Pembayaran Indonesia) surplus,” ujarnya. Perkiraannya, NPI surplus sekitar US$ 4 miliar.
Adapun tahun ini, defisit transaksi berjalan diperkirakan turun menjadi 2,5% terhadap PDB untuk keseluhan tahun. Hal ini karena adanya penurunan impor akibat kebijakan pemerintah, seperti kewajiban pencampuran minyak sawit dalam solar sebesar 20% atau biodiesel 20% (B20).