Optimisme Pelaku Usaha Menurun pada Kuartal III 2018

Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
6/8/2018, 17.15 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut optimisme pelaku usaha pada kuartal III 2018 akan lebih rendah dibanding kuartal II 2018. Hal itu tercermin dari Indeks Tendensi Bisnis (ITB) dan Indeks Tendensi Konsumsi (ITK) yang diprediksi lebih rendah dibandingkan kuartal kedua 2018.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan ITB pada kuartal pada kuartal III 2018 diperkirakan hanya mencapai 106,05, turun dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 112,82. Setali tiga uang, ITK juga diperkirakan lebih rendah mencapai 96,99 dari kuartal sebelumnya 125,43.

“Optimisme pelaku usaha lebih berkurang di kuartal III 2018,” kata Suhariyanto di Jakarta, Senin (6/8).

(Baca : Investasi dan Net Ekspor Melemah, Ini Penyebab Ekonomi Tumbuh Membaik)

Menurutnya,  penurunan ITB diperkirakan terjadi karena telah terjadi  lonjakan yang besar pada kuartal kedua 2018. Komponen pembentuk ITB pada kuartal II lalu yakni pendapatan usaha 122,98, penggunaan kapasitas usaha 114,60, dan rata-rata jumlah jam kerja 100,89.

Kondisi bisnis yang membaik dan optimisme pelaku bisnis tertinggi pada kuartal lalu terjadi pada kategori lapangan usaha pengadaan listrik dan gas serta transportasi. Sementara itu, kondisi bisnis terendah terjadi pada lapangan usaha real estate.

Sementara pada kuartal III  2018,  BPS menyebut kondisi bisnis seluruh kategori lapangan usaha dan kategori  jasa lainnya diperkirakan masih tumbuh, namun dengan tingkat optimisme pelaku bisnis yang lebih rendah dibanding dengan kuartal sebelumnya. Namun, hal itu terkecuali untuk jasa transportasi dan pergudangan. 

Kondisi bisnis diperkirakan mengalami perbaikan  selama kuartal  III 2018, salah satunya disebabkan oleh adanya peningkatan order dari dalam negeri dan harga jual produk dengan nilai indeks masing-masing sebesar 119,27 dan 104,64. Sementara untuk order barang input diperkirakan  stagnan dengan nilai indeks sebesar 100,79 dan order dari luar negeri diprediksi  lebih rendah dari triwulan sebelumnya dengam nilai estimasi nilai indeks sebesar 99,52.

(Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 5,27%, Tertinggi Selama Periode Jokowi)

“Pelaku usaha berharap pada order dari dalam negeri dan ragu terhadap order dari luar negeri,” ujar Suhariyanto.

Peningkatan kondisi bisnis tertinggi diperkirakan terjadi pada kategori lapangan usaha
jasa keuangan dan asuransi dengan nilai indeks sebesar 124,01. Sementara untuk kondisi bisnis denganpeningkatan terendah diperkirakan terjadi pada kategori lapangan usaha Pertambangan danPenggalian dengan nilai ITB sebesar 101,32.

Sementara itu di sisi konsumen, ITK juga anjlok menjadi 96,99 dari kuartal kedua 2018  dengan skor ITK  mencapai 125,43. Komponen pembentuk kepercayaan diri masyarakat pada kuartal lalu antara lain dari komponen pendapatan 133,36, pengaruh inflasi terhadap konsumsi 112,88, serta volume konsumsi 132,42.

Sedangkan pada kuartal III, Suhariyanto menuturkan masyarakat terlihat lebih pesimistis karena pendapatannya yang tidak akan meningkat. Sebab,  pada kuartal kedua kebanyakan pekerja mendapat Tunjangan Hari Raya (THR) dan gaji ke-13 untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) menjelang Lebaran. 

“Pada kuartal III, pendapatannya turun sehingga pembelian terhadap barang tahan lama, rekreasi, dan pesta bisa berkurang,” katanya.

(Baca juga: Pertanian & Perikanan Penopang Besar Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II)