Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri pemerintah sebesar US$ 177,9 miliar atau setara Rp 2.444 triliun pada Februari 2018, turun US$ 2,4 miliar atau sekitar Rp 33 triliun dari bulan sebelumnya. Penurunan tersebut seiring dengan arus keluar dana asing dari Surat Berharga Negara (SBN).

Secara rinci, utang luar negeri berupa SBN yang dimiliki non-residen tercatat sebesar US$ 121,5 miliar dan pinjaman kepada kreditur asing US$ 56,3 miliar. Sebelumnya, pada Januari 2018, SBN yang dimiliki non-residen sebesar US$ 124,6 miliar.

(Baca juga: Stabilitas Kurs Rupiah Terus Dibayangi Risiko Keluar Masuk Dana Asing)

Namun, bila dilihat secara tahunan (year on year/yoy), utang luar negeri pemerintah per Februari 2018 tercatat naik 12,4%. Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan Januari 2018 yang sebesar 14,6%, namun lebih tinggi dibandingkan Februari 2017 yang sebesar 11,5%.

Adapun tahun ini, pemerintah merencanakan pembiayaan dari penerbitan SBN dan pinjaman (domestik dan luar negeri) sebesar Rp 399,2 triliun, utamanya untuk menutup defisit anggaran yang sebesar Rp 325,9 triliun atau 2,19% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

(Baca juga: Antisipasi Kondisi Global, Defisit APBN Kuartal I Terendah Sejak 2015)

Dalam Konferensi Pers APBN Kita pada Senin (16/4), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan komitmennya untuk menjaga utang secara sangat hati-hati. "Tidak ugal-ugalan," kata dia. Komitmen tersebut tercermin dari realisasi pembiayaan yang sebesar Rp 148,2 triliun pada triwulan I 2018, atau turun 21% (yoy). 

Halaman: