Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memutuskan untuk meloloskan Perry Warjiyo sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) yang baru, menggantikan Agus Martowardojo. Indikasi lolosnya Perry sudah diprediksi sejak sebelum uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) digelar pada Rabu (23/3) siang.
Perry terpilih secara aklamasi. Ini artinya, ia mendapat dukungan penuh dari Komisi Keuangan. “Kami sudah memutuskan secara musyawarah mufakat bulat 10 fraksi memutuskan untuk Gubernur BI Perry Warjiyo,” kata Ketua Komisi Keuangan Melchias Markus Mekeng, di Gedung DPR, Rabu (28/3) sore. (Baca juga: Ini Strategi Tiga Calon Deputi Gubernur BI untuk Perkuat Ekonomi)
Sebelumnya, beberapa anggota Komisi Keuangan mengindikasikan Perry sudah hampir pasti lolos menjadi Gubernur BI. “Kemungkinan besar diterima, belum ada suatu hal obyektif yang bisa dipakai sebagai dasar penolakan,” kata dia. (Baca juga: Perry Diprediksi Lolos Uji Calon Gubernur BI di DPR Pekan Ini)
Perry telah berkarier di BI sejak 1984. Saat ini, ia masih menduduki jabatan sebagai Deputi Gubernur. Jabatan itu diembannya sejak 15 April 2013. Jabatan tersebut diperolehnya melalui perjalanan panjang. Ia dicalonkan untuk jabatan tersebut sebanyak empat kali sejak 2009, namun baru berhasil lolos pada 2013.
Ketika itu, Perry yang menjabat Asisten Gubernur BI menang secara aklamasi di Komisi Keuangan DPR, mengalahkan kandidat lainnya yaitu Hendar yang ketika itu menjabat sebagai Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI.
Pria kelahiran Sukoharjo pada 25 Februari 1959 itu meraih gelar Master dan PhD di bidang Moneter dan Keuangan Internasional dari Iowa State University, Amerika Serikat, masing-masing pada tahun 1989 dan 1991.
Sebelum menjabat sebagai Deputi Gubernur, Perry menempati posisi Asisten Gubernur untuk perumusan kebijakan moneter, makroprudensial dan internasional. Jabatan tersebut diemban setelah menjadi Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter.
Sebelum itu, Perry sempat menduduki posisi penting sebagai Direktur Eksekutif di International Monetary Fund (IMF), mewakili 13 negara anggota yang tergabung dalam South-East Asia Voting Group.
Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingsih menyebut Perry sebagai pejabat karier di BI yang berpengalaman menghadapi krisis. "Pak Perry ini orang BI banget. Dia selalu ada di krisis 1997, 1998, 2005 waktu ada krisis obligasi, 2007, 2008 krisis Amerika,” kata dia, beberapa waktu lalu. Atas Dasar itu, ia menilai kesiapannya memimpin BI tak perlu diragukan.
(Baca juga: Jadi Calon Tunggal Gubernur BI, Perry Warjiyo Pengalaman Hadapi Krisis)
Di bawah kepemimpinan Perry, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memprediksi arah kebijakan BI masih akan sama yaitu netral seiring pengetatan moneter di negara maju, termasuk Amerika Serikat (AS).
Menurut dia, pengetatan moneter atau kenaikan bunga dana di AS berisiko membuat gejolak di neraca modal dan finansial. "Ini perlu diantisipasi," ucapnya. Melihat rekam jejak Perry di bidang moneter, David pun melihat kemungkinan kebijakan lain di luar suku bunga acuan, yang disiapkan Perry untuk membantu menggairahkan ekonomi.