BI Proyeksi Ekonomi 6,2% di 2022, Jokowi: Kita Harus Optimistis

ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat menghadiri pertemuan tahunan Bank Indonesia 2017 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (28/11).
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Yuliawati
29/11/2017, 09.54 WIB

Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,8%-6,2% secara tahunan (year on year/yoy) pada 2022. Dengan segala perkembangan yang ada, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta pengusaha juga ikut optimistis.

Dalam Pertemuan Tahunan BI 2017, Jokowi menyebutkan beberapa indikasi menunjukan tren pertumbuhan ekonomi membaik. Pada Kuartal III ini, misalnya, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,06% yoy yang ditopang oleh ekspor dan investasi. 

Meski konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,93%, Jokowi membantah terjadi penurunan daya beli. Dia mengatakan, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) masih tumbuh 12,1% yang menunjukan transaksi jual beli mengalami peningkatan. Di samping itu, sektor pariwisata menggeliat dengan jumlah wisatawan mancanegara melesat dari 8,36 juta tahun lalu menjadi 10,46 juta di Kuartal III-2017.

(Baca: Jokowi Diminta Dongkrak Ekonomi Tumbuh 6% untuk Bekal Pilpres 2019)

Jokowi mengatakan terdapat berbagai hasil dari perbaikan yang dilakukan seperti kenaikan peringkat Indonesia menjadi layak investasi oleh tiga lembaga pemeringkat utama dunia merupakan pertama kali selama 20 tahun terakhir. Kemudian peringkat kemudahan berusaha (Ease of Doing Business/EoDB) juga naik 34 poin ke posisi 72.

"Momentum seperti ini harusnya memberi optimisme ke dunia usaha. Jangan pesimistis. Kita ini paling senang ke hal-hal yang begitu. Angka-angka ini semestinya membuat kita optimistis," ujar dia saat Pertemuan Tahunan BI di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (28/11) malam.

Adapun terkait proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8%-6,2% di 2022, Gubernur BI Agus DW. Martowardojo mengakui angka tersebut tergolong tinggi. Namun angka itu bisa dicapai berdasarkan hasil kebijakan-kebijakan yang selama ini ditempuh, termasuk reformasi struktural yang telah dijalankan.

"Jadi tidak lagi linier, naik perlahan, tetapi bisa naik lebih cepat tanpa harus mengganggu stabilitas makroekonomi dan sitem keuangan," kata Agus. (Baca juga: Ekonomi Kuartal III Lima Negara ASEAN Melaju, Indonesia Tertinggal)

Setidaknya ia menekankan pada tiga prinsip dasar kebijakan yang harus difokuskan untuk menjawab tantangan perekonomian ke depan. Pertama, kebijakan ekonomi harus berorientasi ke masa depan. Kedua, kebijakan ekonomi harus berkesinambungan dan bersinergi. Ketiga, kebijakan ekonomi harus berimbang.

Adapun strategi yang perlu ditempuh, yaitu penguatan modal fisik, penguatan modal manusia, dan peningkatan produktivitas.

Untuk tahun ini, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,1% yoy, lebih rendah dibanding target dalam APBN 2017 sebesar 5,2% yoy. BI juga memproyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2018 di kisaran 5,1%-5,5% yoy.

Sedangkan inflasi tahun ini diperkirakan akan berada di kisaran 3%-3,5% dan inflasi tahun depan diperkirakan ada di kisaran 3,5% plus minus 1%.

Reporter: Desy Setyowati