Ekonom memprediksi target belanja negara akan meleset, hal tersebut lantaran seretnya penerimaan negara. Belanja negara kemungkinan hanya akan mencapai 90-93% dari target tahun ini yang sebesar 2.133,3 triliun. Alhasil, kemampuannya untuk mendongkrak ekonomi tak maksimal.
Hingga akhir Oktober 2017, belanja negara tercatat baru mencapai Rp 1.537,1 triliun atau 72,1% dari target. "Belanja tidak maksimal selama dua tahun terakhir, rata-rata 90%. Mungkin akan sekitar itu yang terealisasi. Kalau sekarang baru 72%, butuh 18% lagi,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih kepada Katadata beberapa waktu lalu.
Dengan realisasi tersebut, ia memprediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV sebesar 5,08%, sehingga pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun 5,05%-5,08%. Prediksi tersebut lebih rendah dibanding perkiraan pemerintah yaitu 5,3% di kuartal IV dan 5,1-5,17% sepanjang tahun.
"Untuk mencapai 5,17% itu berat. Sepertinya masih di bawah 5,1%, karena sejak awal tahun baru 5,03%," ucap Lana.
Sejalan dengan Lana, Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi realisasi belanja negara bakal menyentuh 90-93% dari target. “Setidaknya bisa 90% untuk belanja,” kata dia. Namun, itu dengan asumsi penerimaan negara mencapai 85-90% dari target yang mencapai Rp 1.736,1 triliun.
Adapun hingga akhir Oktober lalu, penerimaan negara baru mencapai Rp 1.238,2 triliun atau 71,3% dari target. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV 2017 sebesar 5,05-5,1%.
Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara memprediksi realisasi belanja negara berkisar 94-95% dari target. Adapun defisit anggaran diharapkan masih sesuai prediksi yaitu 2,67% terhadap PDB. (Baca juga: Pemerintah Jaga Belanja Negara, Defisit Anggaran Baru 2,2% Per Oktober)