Ekonom Ramal Asian Games Bantu Ekonomi 2018 Tumbuh 5,3%

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A.
Pengerjaan renovasi venue olahraga renang untuk Asian Games 2018 di kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (4/3/2017)
15/6/2017, 14.24 WIB

Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games ke-18 tahun depan. Kepala Ekonom SKHA Consulting Eric Sugandi mengatakan perhelatan olahraga tersebut bisa turut menyokong perekonomian domestik meski tidak secara signifikan.

Eric menjelaskan konsumsi dalam negeri bisa meningkat lantaran banyak turis asing yang bakal menghadiri perhelatan tersebut. “Asian Games dampaknya positif terhadap pertumbuhan ekonomi 2018, tapi tidak lama,” kata dia kepada Katadata, Kamis (15/6).

Rencananya, Asian Games ke-18 bakal digelar di dua kota yaitu Jakarta dan Palembang. Perhelatan itu bakal digelar pada 18 Agustus sampai 2 September 2018. Ini artinya perhelatan tersebut hanya akan berlangsung selama kurang dari satu bulan.

Ekonomi domestik juga seharusnya bisa tersokong oleh pembangunan sarana dan prasarana Asian Games. Namun, karena pembangunan telah dicicil sejak tahun lalu maka dampaknya pada ekonomi tahun depan kemungkinan tidak terlalu besar.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla sempat memaparkan anggaran untu penyelenggaraan Asian Games bisa mencapai Rp 30 triliun. Anggaran tersebut untuk penyelenggaraan, pembangunan infrastruktur, dan sarana transportasi.

Selain Asian Games, perhelatan lain yang digadang-gadang bisa turut memacu ekonomi yaitu Annual Meeting International Monetary Fund (IMF)-World Bank di Bali tahun depan. Namun, seperti halnya Asian Games, dampak pertemuan IMF terhadap perekonomian hanya sesaat. Anggaran untuk penyelenggaraan pertemuan IMF diperkiraan pemerintah mencapai Rp 1 triliun. (Baca juga: Pemerintah Bidik Tiga Target dari Pertemuan IMF-World Bank 2018)

Adapun, secara umum, Eric menilai investasi swasta bisa jadi penyokong kuat ekonomi tahun depan. Faktor pendorong investasi, yaitu suku bunga kredit yang mulai kondusif dan konsumsi rumah tangga yang kuat. Ada juga faktor lain yaitu meningkatnya kepercayaan investor pasca Indonesia menggenggam peringkat layak investasi (investment grade) dari tiga lembaga pemeringkat utama.

Selain itu, “Kenaikan harga komoditas, itu akan mendorong investasi,” kata dia. Ia memproyeksi pertumbuhan investasi bisa berkisar 5-10 persen, tahun depan. Pada tahun ini, pemerintah menargetkan investasi tumbuh di kisaran 6 persenan. Alhasil, Eric memprediksi ekonomi tahun depan bisa tumbuh 5,3 persen.

Meski banyak penyokong untuk ekonomi tahun depan, Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan memperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya akan mencapai 5,3 persen, atau di bawah target optimistis Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang sebesar 5,6-5,7 persen. (Baca juga: Tak Seoptimistis Pemerintah, DPR Sepakati Ekonomi 2018 Tumbuh 5,2-5,6%)

Pertumbuhan ekonomi tersebut juga masih tergantung pada upaya pemerintah untuk mendorong keinginan swasta berinvestasi. “Paling (maksimal) 5,4 persen masih bisa. Kami sih proyeksi 5,3 persen,” kata dia.

Ia pun berharap, lembaga pemeringkat internasional tidak hanya menaikkan peringkat utang Indonesia tetapi juga korporasi. Dengan begitu, korporasi bisa menambah dana investasi dari pasar modal dengan biaya yang rendah. “Karena biaya dana (cost of fund) turun, jadi mereka bisa manfaatkan untuk ekspansi. Tapi butuh perjalanan yang agak jauh sih,” ujar dia.

Di sisi lain, ia menyebut adanya sejumlah faktor yang menjadi penahan laju ekonomi tahun depan, di antaranya perekonomian mitra dagang Indonesia yaitu Tiongkok yang masih melambat dan kebijakan dagang AS di bawah kepemimpinan Donald Trump.