Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution optimistis beragam kebijakan pemerintah bakal menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional kembali ke level 6 persen pada tahun depan. Optimisme itu ditumpukan pada peningkatan investasi swasta.
"Kita berusaha tahun 2017 ini (pertumbuhan ekonomi) sekitar 5,2-5,4 persen, sehingga kita bisa bergerak ke angka 6 persen tahun depan. Itu masuk akal," ujar Darmin saat acara diskusi publik "Paradigma Baru Kebijakan Ekonomi Indonesia" di Jakarta, Rabu (8/2).
Dia mengatakan, pemerintah akan terus mengevaluasi paket-paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan dan menyiapkan paket kebijakan ekonomi lanjutan untuk menarik minat investor berinvestasi di Indonesia. Seperti diketahui, pemerintah sudah menerbitkan 14 paket kebijakan ekonomi dan tengah mempersiapkan paket kebijakan ke-15 terkait logistik.
Menurut dia, pemerintah juga akan menyiapkan berbagai proyek infrastruktur untuk didanai investor, salah satunya pembangunan pembangkit listrik. Untuk menarik investor masuk, pemerintah menyiapkan berbagai skema pendanaan, termasuk yang melibatkan penjaminan pemerintah.
Proyek-proyek infrastruktur tersebut diharapkan dapat mendorong taraf hidup masyarakat, dan pada gilirannya mendorong perekonomian. "Saya lihatnya pembangunan infrastruktur ini ada hubungannya dengan gini ratio yang menurun. Memang ada yang lain seperti bantuan sosial (Bansos), tapi Bansos itu kan hanya lanjutan dari yang sudah ada," ujar Darmin.
Ia mengakui, investasi tidak akan naik tajam setiap tahunnya. Tapi, ia meyakini, langkah-langkah yang diambil pemerintah mampu mendorong investasi tumbuh positif dalam satu tahun ke depan. Apalagi Indonesia juga tidak ikut dalam arus perlambatan ekonomi global. Hal itu tampak dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang membaik dari tahun 2015 sebesar 4,88 persen menjadi 5,02 persen pada 2016.
(Baca juga: Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia Lebih Kebal Dibanding Tetangga)
Lebih jauh, ia mengatakan, pemerintah juga akan memperbaiki mesin ekspor impor Indonesia guna menggenjot laju perekonomian. Caranya dengan mencari pasar alternatif di luar Amerika Serikat, seperti India, Pakistan, Iran, Timur Tengah, dan Nigeria.
"Maka dengan platform seperti itu, pemerintah sedang meningkatkan pertumbuhan dan juga pemerataan. Jadi, bukan hanya equality tetapi juga equity," ujar Darmin. (Baca juga: Sri Mulyani Minta Eksportir Lirik Pasar Negara Berkembang)
Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menjelaskan, peluang investasi masih sangat besar, khususnya di bidang pariwisata. Lembong menjelaskan, pembangunan hotel, resort, dan juga tempat hiburan merupakan sektor investasi yang saat ini terbuka lebar, khususnya di Indonesia. Sektor pariwisata ini juga akan mendorong pertumbuhan sektor transportasi, terutama penerbangan.
Dengan demikian, Lembong optimistis pertumbuhan investasi akan membaik pada tahun ini dari sebelumnya hanya 4,48 persen pada 2016 atau di bawah pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,02 persen. Pertumbuhan investasi bakal disokong oleh naiknya belanja modal (capex) dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), peningkatan Penanaman Modal asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
"PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto/investasi) tahun ini akan lebih baik dari tahun lalu didorong oleh PMA dan PMDN, dan capex BUMN. Tapi dua hal, pertama PMDN dan PMA dan capex BUMN punya yang namanya spill over effect. Efek sekunder atau kecipratan ke pelaku-pelaku usaha swasta. Jadi saya yakin bahwa pertumbuhan PMA, PMDN dan capex BUMN akan menjadi stimulus terhadap reinvestasi profit korporasi," ujar Lembong.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sedikit lebih pesimistis soal pertumbuhan ekonomi. Ia mengatakan, ekonomi tahun ini ditarget tumbuh 5,1 persen dengan memertimbangkan peluang dan risiko yang mungkin muncul di tahun ini.
Pada 2017, menurut dia, ketidakpastian itu masih ada baik dari sisi perekonomian ataupun politik. Yang perlu diperhatikan yakni kebijakan proteksionis oleh pemimpin di beberapa negara, persoalan geopolitik di Timur Tengah, ataupun pemulihan ekonomi di Cina.
(Baca juga: Sri Mulyani Dorong Pengusaha Bayar Pajak buat Atasi Ketimpangan)
“Dengan adanya ketidakpastian, pertumbuhan ekonomi 5,1 persen saya yakin ini optimis tapi hati-hati antisipasi yang bisa dihadapi di 2017,” tutur Sri Mulyani. Apalagi, di dalam negeri, masih ada risiko rendahnya penerimaan negara terutama dari pajak. Kondisi tersebut membatasi ruang pemerintah untuk berinvestasi.