Keyakinan konsumen terhadap perekonomian Indonesia menurun di akhir tahun ini. Penyebabnya, konsumen pesimistis terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja saat ini.
Berdasarkan survei konsumen bulanan, Bank Indonesia (BI) mencatat, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada November 2016 berada di level 115,8. Meski masih berada pada level optimis, nilainya turun tipis 0,9 poin dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 116,8.
Indeks tersebut diperoleh dari rata-rata Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat survei dilakukan pada Oktober lalu dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) terhadap perekonomian hingga enam bulan ke depan. Survei ini dilakukan terhadap sekitar 4.600 rumah tangga di 18 kota besar seluruh Indonesia.
(Baca: BI: Konsumen Makin Optimistis Terhadap Kondisi Ekonomi)
Indeks Kondisi Ekonomi saat ini turun 0,4 poin menjadi 102,8. Penyebabnya adalah indeks penghasilan dan indeks ketersediaan lapangan kerja menurun masing-masing 2,1 poin dan 1,2 poin. Sedangkan indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama naik 1,9 poin menjadi 103,3. Kenaikan ini lazim terjadi di akhir tahun karena adanya kebutuhan Hari Natal dan Tahun Baru.
Di sisi lain, Indeks Ekspektasi Konsumen pada November 2016 untuk enam bulan ke depan menurun 1,4 poin menjadi 129. Penurunan ini disebabkan oleh indeks ekspektasi ketersediaan tenaga kerja yang turun 4 poin menjadi 110,5. Begitu juga dengan kegiatan usaha yang melorot 1,2 poin menjadi 135. Namun, indeks penghasilan justru meningkat 0,9 poin.
Artinya, hingga enam bulan ke depan konsumen memperkirakan penyerapan tenaga kerja akan berkurang. Begitu pula dengan perkiraan pengusaha atas permintaan konsumen hingga pertengahan tahun depan, yang belum akan membaik sehingga kegiatan usaha juga menurun.
Meski begitu, konsumen memperkirakan harga barang hingga Februari tahun depan menurun. Hal itu tercermin dari penurunan Indeks Ekspektasi Harga sebesar 0,7 poin menjadi 164,9. Penurunan harga terjadi pada kelompok kesehatan 1,1 poin, serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 1,2 poin.
(Baca: Datangi Mal, Sri Mulyani Ajak Gerai Ritel Premium Ikut Tax Amnesty)
“Ekspektasi harga hingga enam bulan ke depan justru naik 5,2 poin menjadi 163,5. Hal ini karena kenaikan permintaan jelang puasa pada Mei 2017,” tulis BI dalam laporan surveinya yang dipublikasikan Selasa (6/12) lalu.
Dalam survei ini, BI juga mencatat kondisi keuangan konsumen saat ini yang dilihat dari porsi pembayaran cicilan pinjaman terhadap pendapatan (debt to income ratio) dan porsi tabungan terhadap pendapatan (savings to income ratio) pada November lalu turun masing-masing 0,1 persen dan 0,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, porsi pendapatan responden untuk konsumsi (average propensity to consumen ratio) naik satu persen.