Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) berpotensi memicu gejolak perekonomian secara global. Para pemimpin negara-negara ASEAN menyiapkan langkah-langkah penyangga perekonomian untuk meminimalisir dampak gejolak tersebut.
Senior Minister of State for Finance and Law Singapore Indranee Rajah mengatakan akan menjaga pertumbuhan ekonomi domestik melalui kebijakan fiskal. Pertumbuhan ekonomi itu diharapkan bisa meminimalkan dampak yang terjadi di pasar keuangan.
Selain itu, negara pulau tersebut telah mempersiapkan penyangga untuk mengatasi dampak terburuk dari terpilihnya Trump. “Kami juga siapkan buffer untuk menghadapi dampak terburuk pada perekonomian kami. Kami siap menghadapi efek lebih lanjut di pasar,” kata Indranee saat acara ASEAN Finance Minister’s Investors Seminar (AFMIS) di Jakarta, Selasa (15/11).
(Baca: Risiko di Balik Perubahan Tiga Indikator Ekonomi Era Trump)
Pemerintah Laos juga pasang kuda-kuda menghadapi potensi masalah tersebut melalui kerjasama ASEAN. Wakil Menteri Keuangan Laos Thipphakone Chantavongsa mengatakan, negaranya sangat percaya bahwa perjanjian Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM) akan membantu mengatasi efek negatif dari efek terpilihnya Trump.
Selain itu, dia memastikan bahwa Laos juga tetap menjaga stabilitas makroekonomi dan keuangan di dalam negeri. “Kami merasa Chiang Mai Initiative cukup sukses untuk mengatasi krisis,” ujarnya.
Sekadar informasi, Chiang Mai Initiative merupakan kerjasama antarMenteri Keuangan dan gubernur bank sentral di kawasan ASEAN, bersama dengan Cina, Jepang, dan Korea. Amendemen inisiatif ini fokus untuk memperkuat jaring pengaman keuangan regional bagi anggota ASEAN dalam menghadapi masalah neraca pembayaran potensial maupun aktual serta kesulitan likuiditas jangka pendek.
Sementara itu, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Dato Seri Zahrain Mohammed Hashim menyatakan, negaranya akan memperkuat kerjasama, khususnya perdagangan dengan negara-negara di kawasan ASEAN. Hal ini untuk mengantisipasi pernyataan Trump yang hendak membatasi perdagangan khususnya terkait kerjasama dagang Trans Pacific Partnership (TPP).
Zahrain yakin dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membantu memperkuat perdagangan di tengah tekanan perekonomian global. (Baca: Efek Trump, Bursa Saham Indonesia Paling Anjlok di Asia)
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan akan memerhatikan retorika politik Trump untuk mengidentifikasi kebijakan yang mungkin diambil dan dampaknya terhadap Indonesia. Termasuk, pandangan Trump terhadap kebijakan perdagangan internasional karena AS merupakan pangsa pasar besar di dunia. Sebab, kebijakan itu akan berpengaruh terhadap perekonomian Cina dan ekonomi global.
Selain itu, Sri Mulyani akan memerhatikan kebijakan terkait investasi, keamanan, dan militer. Kebijakan-kebijakan tersebut akan memengaruhi Eropa, Jepang, dan Korea Selatan. (Baca: Cemas Kebijakan Trump, Rupiah dan Mata Uang Asia Berguguran)
Perlu diperhatikan pula, pengaruh kebijakan bank sentral AS, Federal Reserve, terhadap kondisi moneter. “Kebijakan the Fed tidak hanya berpengaruh ke AS, tetap juga seluruh dunia,” ujar dia.
Sedangkan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menganggap proteksionisme yang diusung oleh Trump bisa saja hanya retorika politik biasa. Sebab, sikap proteksi tersebut justru akan berlawanan dengan upaya AS mendorong pertumbuhan ekonomi. “Dia katakan mau proteksionis, tapi di sisi lain mau jadi negara yang dihormati kembali. Itu tidak sejalan.”