Pemerintah Rajin Rilis Obligasi, Rasio Utang Naik Jadi 36,5 Persen

Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Yura Syahrul
18/5/2016, 15.42 WIB

Utang luar negeri (ULN) Indonesia terus merangkak naik. Bank Indonesia (BI) mencatat, total ULN per akhir Maret lalu atau kuartal I-2016 mencapai US$ 316 miliar. Jumlahnya naik 5,7 persen dari periode sama 2015 atau tumbuh 1,9 persen dibandingkan kuartal IV-2015. Alhasil, rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat menjadi 36,5 persen.

Kenaikan utang luar negeri tersebut disebabkan oleh terus bertambahnya utang pemerintah. Sebaliknya, utang sektor swasta semakin menurun.

Berdasarkan data BI per kuartal I-2016, ULN sektor publik mencapai US$ 151,3 miliar atau naik 14 persen dari periode sama tahun lalu. Itu terdiri atas utang bank sentral sebesar US$ 5,15 miliar dan utang pemerintah US$ 146,16 miliar. Besaran utang pemerintah tersebut naik 6,4 persen dalam tiga bulan terakhir tersebut.

Jika ditelaah lebih jauh, utang pemerintah mulai meningkat sejak akhir November tahun lalu. Kenaikan nilainya dalam empat bulan terakhir itu mencapai 10,2 persen. Hal ini sejalan dengan kenaikan nilai instrumen surat utang dalam periode tersebut sebesar 13,8 persen menjadi US$ 89,98 miliar per akhir Maret lalu.

(Baca: Neraca Pembayaran Defisit Tertekan Pelunasan Utang)

Pada akhir tahun lalu, pemerintah memang aktif menerbitkan obligasi untuk menutup defisit anggaran 2015 dan ijon pembiayaan tahun 2016. Sedangkan pada awal tahun ini, pemerintah rajin merilis obligasi untuk menopang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016.

Sebaliknya, jumlah utang luar negeri sektor swasta pada kuartal I lalu mencapai US$ 164,7 miliar atau turun 1 persen dibandingkan periode sama 2015. Laju pertumbuhannya melambat dibandingkan kuartal IV-2015 yang meningkat 2,3 persen. Namun, porsi utang swasta memang masih mendominasi total ULN yaitu sebesar 52,1 persen. Sedangkan ULN sektor publik 47,9 persen.

(Baca: Defisit Melebar, Pemerintah Hendak Tambah Utang Rp 27 Triliun)

Sementara itu, berdasarkan jangka waktunya, ULN didominasi oleh utang jangka panjang. Nilainya mencapai US$ 277,9 miliar atau 87,9 persen dari total ULN, dengan kenaikan 7,9 persen dibandingkan kuartal I-2015. Dalam periode sama, utang jangka pendek sebesar US$ 38,1 miliar atau turun 8,4 persen. Alhasil, rasio ULN jangka pendek terhadap cadangan devisa per akhir Maret 2016 mencapai 35,5 persen.

(Baca: Pemerintah Biayai 9 Proyek Infrastruktur Rp 33 T dari Utang Cina)

Utang luar negeri sektor swasta terutama terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih. Total pangsa utang keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,1 persen. Bila dibandingkan dengan kuartal IV-2015, pertumbuhan tahunan ULN sektor keuangan dan pertambangan cenderung melambat. Sementara pertumbuhan tahunan ULN sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air bersih meningkat.

BI menilai perkembangan utang luar negeri kuartal I-2016 masih sehat meski perlu terus mewaspadai risikonya terhadap perekonomian. “Ke depan, Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan ULN, khususnya ULN sektor swasta,” kata BI dalam siaran persnya, Selasa (17/5).