KATADATA ? Bank Dunia menyebut alokasi dana kesehatan Indonesia merupakan salah satu yang terendah di dunia. Posisi Indonesia hanya kalah dari Sudan Selatan, Chad, Myanmar, dan Pakistan.
Ekonom Bank Dunia Cristobal Ridao-Cano mengatakan, anggaran kesehatan Indonesia saat ini hanya 1,2 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Dia berharap pemerintah dapat meningkatkan rasio dana kesehatan menjadi 2,5 persen pada 2019, dan mencapai 5 persen pada 2024.
Padahal, peningkatan layanan kesehatan dasar merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
?Bukan hanya pertumbuhan ekonomi, tapi juga mewujudkan pertumbuhan inklusif yang dinikmati banyak orang. Kesehatan erat kaitannya dengan investasi besar di bidang sumber daya manusia,? kata dia di kantornya, Jakarta, Rabu (18/2).
Untuk diketahui, anggaran pemerintah untuk sektor kesehatan yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015 sebesar Rp 24,2 triliun. Meningkat sebesar Rp 3 triliun dari alokasi dalam APBN 2015 yang sebesar Rp 21,1 triliun. Sedangkan anggaran kesehatan pada APBN 2014 tercatat jauh lebih kecil, yaitu Rp 12,1 triliun.
Cano mengakui dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia gencar memperbaiki sektor kesehatan dasar ini. Misalnya, angka harapan hidup yang meningkat dari usia 68 pada 2002 menjadi 71 pada 2012. Namun kesenjangan pelayanan kesehatan ini memang tetap terlihat, terutama jika membandingkan Pulau Jawa dengan Papua.
?Rata-rata lokasi layanan kesehatan di Pulau Jawa dapat diakses kurang dari 10 kilometer, sedangkan di wilayah Indonesia Timur butuh sekitar 30 kilometer,? tuturnya.
Dia juga menyambut baik program Jaminan Kesehatan Nasional yang telah diluncurkan pemerintah sebagai program yang menjadi bagian dari layanan kesehatan universal. Meskipun demikian, masih ada tantangan di mana hanya 45 persen tenaga kesehatan yang benar-benar memiliki kualifikasi dan keahlian.
Selain itu seringkali walaupun puskesmas sudah ada di suatu wilayah, namun tidak ada dokter, obat-obatan, dan juga peralatan kesehatan lainnya. ?Sebanyak 11 persen puskesmas di wilayah Indonesia Timur tidak ada dokternya, dan 33 persennya ada di wilayah Papua,? katanya.
Senior Health Specialist World Bank Puti Marzoeki menjelaskan, masalah kesehatan dasar ini merupakan salah satu hal mendasar dan penting untuk diselesaikan. Ini karena dalam beberapa tahun mendatang jumlah orang yang telah melewati usia produktifnya akan terus meningkat.
?Selain itu bukan saja malnutrisi, namun obesitas (kelebihan berat badan) juga menjadi masalah serius yang diakibatkan dari pola konsumsi masyarakat yang salah,? ujarnya.