KATADATA ? Neraca perdagangan Indonesia kembali defisit. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2014 perdagangan Indonesia defisit sebesar US$ 318,1 juta.
Defisit terutama didorong oleh meningkatnya impor komoditas non-minyak dan gas bumi (migas). Pada Agustus, impor nonmigas naik 15 persen menjadi US$11,4 miliar dari US$ 9,9 miliar pada bulan sebelumnya.
Menurut Kepala BPS Suryamin, kenaikan impor berasal dari impor mesin yang naik menjadi US$ 17,3 miliar serta mesin dan peralatan listrik sebesar US$ 11,6 miliar. ?Ini berkaitan dengan investasi pabrik manufaktur dan pertambangan, kebutuhannya banyak,? kata dia di Jakarta, Rabu (1/10).
Sementara impor migas justru berkurang hingga 18,5 persen menjadi US$ 3,4 miliar dari US$ 4,2 miliar pada Juli. ?Penurunan impor minyak ini didorong oleh konsumsi yang sudah tidak begitu banyak lagi pasca-arus mudik dan balik,? ujar Suryamin.
Adapun kinerja ekspor Indonesia pada Agustus mencapai US$ 14,48 miliar, naik 2,5 persen dari bulan sebelumnya. Kinerja ekspor terutama berasal dari komoditas nonmigas yang naik 2,1 persen menjadi US$ 11,9 miliar.
?Pertumbuhan kinerja ekspor nonmigas didorong oleh ekspor kendaraan bermotor sebesar US$ 106,4 juta atau naik 28,5 persen dari posisi Juli,? kata Suryamin.
Sedangkan ekspor sektor migas tercatat naik sebesar 4,08 persen dari angka US$ 2,5 miliar pada Juli menjadi US$ 2,6 miliar pada Agustus.
Negara tujuan ekspor utama masih didominasi Tiongkok sebesar USS 11,29 miliar turun 14,7 persen dari tahun lalu, Amerika Serikat US$ 10,48 miliar turun 4,48 persen dari tahun lalu, dan Jepang sebesar US$ 9,43 miliar turun 19,97 persen dari tahun lalu.