Sejumlah negara bersiap melonggarkan lockdown dan menghadapi kehidupan normal dengan sejumlah batasan untuk tetap mencegah penyebaran virus corona. Meski aktivitas ekonomi tak seleluasa sebelum pandemi, Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menyebut kesempatan untuk berbisnis selalu ada dalam setiap kondisi.
"Pasar itu selalu tercipta sesuai dengan kondisinya. Saya kasih contoh, misalnya orang-orang itu sebelumnya enggak mau pakai masker. Tapi dalam kondisi seperti ini, permintaan terhadap masker luar biasa," ujar Chatib dalam diskusi Krisis Covid-19 & 'New Normal' Ekonomi Indonesia yang diselenggarakan Katadata.co.id, Jumat (8/5).
Pembuatan masker kini menjadi bisnis baru. Beberapa merek terkenal bahkan memproduksi masker sebagai salah satu atribut fesyen.
Selain makser, ada pula permintaan yang tinggi pada alat pelindung diri. "Ada juga topi yang dipasang plastik untuk mencegah corona. Saya cuma mau tunjukkan bahwa ceruk pasar itu ada," kata dia.
Selain masker dan APD, hand sanitizer juga mengalami permintaan yang tinggi. Tak heran, sejumlah merek kosmetik terkenal pun kini memproduksi alat pembersih tangan dari virus dan bakteri itu.
(Baca: Chatib Basri Usul Data Kartu Prakerja Jadi Basis Penerima Bansos)
Bisnis restoran pun tetap dapat menjadi peluang. Namun, dengan orang sebagian besar kini tinggal di rumah. Restoran harus mampu menyediakan layanan online dan antar makanan.
"Itu sesuatu yang enggak pernah dibayangkan sebelumnya," ungkap dia.
Chatib pun bercerita baru-baru ini diundang dalam gelaran Idea Fest untuk berbicara terkait masalah ekonomi secara virtual. Peserta yang hadir mencapai lebih dari 3 ribu orang.
"Saya enggak pernah berbicara ekonomi yang hadir lebih dari 3 ribu orang," ungkap dia.
Total peserta yang hadir dalam acara yang juga mengkombinasikan festival musik itu, menurut Chatib, bahkan mencapai 125 ribu orang.
"Aktivitas di dalam kesenian ini juga enggak lagi dilakukan dengan konsep secara fisik, tetapi streaming. Ini adalah pasar yang besar," kata dia.
(Baca: Pengusaha Bidik Relokasi Manufaktur AS dari Tiongkok Efek Corona)
Selain itu, menurut dia, terdapat peluang bagi para pelaku teknologi untuk dapat menciptakan sistem yang dapat menghubungkan antara suplai dan permintaan secara lebih perinci, yakni dengan mencakup stok yang ada di rumah tangga. Dengan demikian, kelangkaan komoditas akan lebih jarang terjadi.
"Jadi sebetulnya akan muncul bisnis-bisnis baru, tapi sifatnya memang serupa, bukan sesuatu yang masif," kata dia.
Di pasar keuangan, menurut dia, juga muncul kesempatan lantaran harga saham saat ini sudah turun 30% hingga 40% akibat pandemi corona.
"Kalau anda beli di harga bawah, Anda cukup sabar, kan dia musti balik ke normal satu hari. Kapan lagi anda bisa punya keuntungan 30%, kalau tidak di dalam situasi seperti ini? Ini kemampuan untuk mengelola cash, kemampuan untuk memilah investasi yang juga bisa menyelamatkan setelah recovery," kata dia.