Kenaikan Harga Emas Perhiasan Diprediksi Kerek Inflasi Agustus 0,01%

ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/aww.
Ilustrasi. Kenaikan harga emas diperkirakan menyumbang inflasi sebesar 0,09% pada bulan ini.
7/8/2020, 19.55 WIB

Bank Indonesia memperkirakan inflasi Agustus 2020 akan sebesar 0,01%. Inflasi pada bulan ini terutama disumbang oleh kenaikan harga emas perhiasan.

"Proyeksi tersebut berdasarkan survei pemantauan pada minggu pertama Agustus," tulis Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Onny Widjanarko dalam keterangan resminya, Jakarta (7/8).

Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Agustus secara tahun kalender sebesar 0,99% dan secara tahunan sebesar 1,39%. Penyumbang utama inflasi pada periode laporan antara lain berasal dari komoditas emas perhiasan sebesar 0,09%, cabai merah sebesar 0,03%, minyak goreng, ikan kembung dan cabai rawit masing-masing sebesar 0,01%.

Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi yaitu daging ayam ras sebesar 0,11%, bawang merah 0,06%, telur ayam ras dan jeruk masing-masing sebesar 0,02%, dan tomat sebesar 0,01%.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik mencatat terjadi deflasi sebesar 0,1% pada Juli 2020. Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang tajam pada komoditas bawang merah hingga tarif angkutan udara.

Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan bahwa dengan deflasi pada bulan lalu, inflasi secara tahunan pada Juli tercatat 1,54% dan secara tahun kalender 0,98%. Deflasi terjadi di 61 kota. "Dari 90 kota yang dipantau," kata Suhariyanto dalam konferensi virtual, Senin (3/8).

Deflasi tertinggi terjadi di Manokwari yakni 1,09%. Penyebab utama deflasi di kota itu adalah penurunan harga bawang merah dan bawang putih. Sementara itu, deflasi terendah terjadi di Gunungsitoli, Bogor, Bekasi, Luwuk, dan Bulukumba masing-masing 0,01%.

Sebaliknya, inflasi tertinggi terjadi di Timika 1,45% disumbang kenaikan tarif angkutan udara. Inflasi terendah di Banyuwangi dan Jember masing-masing 0,01%.

Suhariyanto menilai, pergerakan inflasi di Indonesia terus menurun pada tahun ini. "Terlihat dari angka inflasi secara tahunan,"ujarnya.

Berdasarkan kelompok pengeluarannya, makanan, minuman, dan tembakau menjadi kelompok terbesar penyumbang deflasi. Dengan andil 0,19%, kelompok tersebut mengalami deflasi 0,73%.

Komoditas yang harganya turun cukup tajam dan dominan menyumbang deflasi yakni bawang merah yang memiliki peran 0,11%, daging ayam ras 0,04%, bawang putih 0,03%, beras, cabai rawit, dan gula pasir masing-masing 0,01%. Namun, masih ada beberapa komoditas pada kelompok itu yang menyumbang inflasi, yakni telur ayam ras sebesar 0,04% dan rokok putih 0,01%.

Selain kelompok makanan, minuman, dan tembakau, transportasi menjadi kelompok yang mengalami deflasi 0,17% dengan andil 0,02%. Komoditas yang menyumbang deflasi pada kelompok tersebut yaitu tarif angkutan udara sebesar 0,05%.

Kendati demikian, Suhariyanto menjelaskan bahwa masih ada komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga menyumbang inflasi. Komoditas yang dimaksud adalah tarif angkutan antar kota dan roda empat online masing-masing 0,01%. "Namun penurunan yang cukup dalam pada tarif transportasi udara tak bisa terkompensasi dengan kenaikan ini," katanya.

Reporter: Agatha Olivia Victoria