- Pasar keuangan domestik masih dangkal dibandingkan negara-negara peers.
- Pendalaman pasar keuangan dibutuhkan untuk menutup kesenjangan pembiayaan pembangunan.
- Pendalaman pasar keuangan diharapkan mampu menangkap potensi aliran modal asing masuk pada tahun depan.
Aliran modal asing akan membanjiri pasar keuangan Indonesia pada tahun depan seiring membaiknya perekonomian dan masih rendahnya suku bunga di pasar global. Peluang ini harus ditangkap lantaran Indonesia membutuhkan pembiayaan mencapai Rp 37.447 triliun hingga 2025. Namun, pasar keuangan yang dangkal masih menjadi hambatan.
Bank Indonesia, Pemerintah, dan Otoritas Jasa Keuangan berupaya memperdalam pasar keuangan dengan merumuskan sejumlah kebijakan yang tertuang dalam buku Strategi Nasional Pengembangan dan Pendalaman Pasar Keuangan 2018-2024. Langkah pendalaman pasar uang juga dituangkan dalam cetak biru atau Bluprint Pendalaman Pasar Uang yang dirilis BI pekan ini.
Dalam blueprint tersebut dijelaskan, tingkat kedalaman pasar keuangan Indonesia masih berada di bawah negara-negara emerging market, seperti Filipina, Thailand, Malaysia, Singapura, India, dan Tiongkok.
Belum dalamnya pasar keuangan domestik menimbulkan potensi risiko pasar keuangan tak mampu mendukung pertumbuhan ekonomi yang pesat di sektor riil.
Pemerintah menargetkan Indonesia dapat masuk ke dalam negara kelompok menengah atas pada 2025 dengan pendapatan per kapita mencapai US$ 6.525. Untuk mencapainya, pertumbuhan ekonomi rata-rata harus mencapai 6,25% per tahun sehingga dibutuhkan pendanaan mencapai Rp 37.447 triliun.
Kebutuhan pendanaan semakin meningkat seiring dengan kebutuhan pemulihan ekonomi akibat Pandemi Covid-19. "Meningkatnya kebutuhan pembiayaan ke depan dapat menimbulkan kesenjangan pembiayaan infrastruktur dan pembangunan yang semakin besar dan melebar," demikian tertulis dalam dokumen Blueprint Pengembangan Pasar Uang.
Dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar pembiayaan masih berasal dari kredit perbankan. Dengan kebutuhan yang meningkat, menurut BI, kontribusi sumber pembiayaan nonbank perlu dioptimalkan melalui pendalaman pasar keuangan.
Pendalaman pasar keuangan dalam kerangka strategi nasional yang disusun pemerintah, BI, dan OJK mencakup tiga pilar, yakni sumber pembiayaan ekonomi dan pengelolaan risiko, pengembangan infrastruktur pasar keuangan, dan koordinasi, kebijakan, harmonisasi ketentauan dan edukasi.
Pengembangan akan dilakukan pada enam pasar, yakni obligasi, saham, structured product, valas, keuangan syariah, dan pasar uang.
Adapun dalam blueprint yang disusun BI, pendalaman pasar akan didorong melalui tiga pilar kebijakan, yakni digitalisasi dan penguatan infrastruktur pasar keuangan, penguatan efektivitas transmisi kebijakan moneter, dan pengembangan sumber pembiayaan ekonomi dan pengelolaan risiko.
Ini akan dilakukan dengan pengembangan instrumen, penyedia dan penggunaan dana, intermediaries, benchmark rate dan standardisasi, infrastruktur pasar, kerangka kebijakan, serta koordinasi dan edukasi.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan BPPU dapat menjadi panduan bagi para pelaku pasar sehingga dapat merespons positif langkah-langkah pengembangan pasar uang.
"Salah satu arah bauran kebijakan BI pada 2021 adalah mempercepat pendalaman pasar uang sesuai BPPU 2025 untuk memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter serta mendukung pembiayaan perekonomian nasional," tulis Perry dalam keterangan resminya, Jakarta, Senin (14/12).
Efektivitas kebijakan moneter akan diperkuat dengan memperkuat IndONIA dan JIBOR sebagai suku bunga acuan berbasis transaksi, penembangan pasar repo, dan instrumen overnight index swap.
Transmisi kebijakan moneter BI hingga kini masih cukup lambat. Meski sudah menurunkan suku bunga acuan sebesar 225 bps sejak 2018, rata-rata bunga kredit baru turun sekitar 1%. Bunga BI 7-day repo rate sebesar 3,75% merupakan yang terendah sepanjang sejarah.
Pasar valas akan diperdalam, antara lain dengan pengembanganan instrumen hedging dan memperbanyak local currency swap atau tukar menukar mata uang lokal dengan sejumlah negara guna mengurangi ketergantungan dolar. Kedangkalan pasar valas ditambah minimnya basis investor domestik selama ini menciptakan volatilitas nilai tukar yang tinggi.
BI juga akan mendorong pengembangan green financing, instrumen lindung nilai, alternatif instrumen pembiayaan jangka pendek melalui sekuritisasi aset, dan memperluas basis investor ritel sebagai langkah mengembangkan sumber pembiayaan ekonomi.
Sementara infrastruktur pasar keuangan akan diarahkan agar transaksi pembayaran dapat lebiih cepat, aman, dan efisien.
Momentum Tangkap Dana Asing
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, salah satu hambatan dalam pembangunan adalah sumber pembiayaan. Selama ini, pembiyaan pembangunan masih terbatas pada keuangan negara.
"Ini tidak dapat terus berlanjut dan tidak cukup. Perlu pendalaman pasar keuangan dari sisi instrumen, regulasi, dan koordinasi kebijakan," kata Josua kepada Katadata.co.id.
Josua menjelaskan pendalam pasar keuangan perlu diarahhkan secara paralel. Apalagi berdasarkan kerangka strategi nasional yang disusul BI, pemerintah, dan OJK, mulai tahun ini hingga 2022 merupakan waktu untuk mempercepat pendalaman pasar setelah penguatan pondasi dilakukan pada 2018 hingga 2019.
Variasi instrumen investasi, menurut dia, menjadi salah satu poin penting dalam pendalaman pasar keuangan. Ini diperlukan untuk menjangkar investasi asing.
"Saat ini momentum yang tepat untuk mempercepat pendalaman pasar uang karena ada potensi aliran modal asing masuk kembali ke emerging market pada tahun depan. Investor asing, misalnya butuh hedhing instrumen yang bervariasi," katanya.
Aliran modal asing, menurut dia, berpotensi besar kembali masuk ke Indonesia karena suku bunga di pasar global yang masih rendah. Kondisi ekonomi juga telah mencapai titik terbawah pada tahun ini.
Dana asing sepanjang tahun ini juga masih mencatatkan jual bersih sebesar US$ 3 miliar di pasar saham dan US$ 4,9 miliar di pasar surat berharga negara.
"Potensi dana asing masuk pada tahun depan akan besar seiring ekonomi domestik yang membaik," katanya.
Direktur Riset Center Of Reform on Economice Piter Abdullah Redjalam pesimistis pengembangan pasar keuangan nasional bisa dioptimalkan dalam lima tahun ke depan. "Ini jika melihat lima strategi utama yang ada di dalam blueprint tersebut," ujar Piter.
Satu permasalahan terbesar dalam pasar keuangan Indonesia, menurut dia, belum terakomodasi dalam blueprint tersebut yaitu sistem insentif pasar keuangan yang selama ini menyebabkan anomali.