IMF Peringatkan Risiko Mata Uang Digital

Arief Kamaludin | KATADATA
Ilustrasi. IMF menyebutkan, mata uang digital mampu menurunkan biaya transaksi dalam memegang dan memindahkan uang tunai.
Penulis: Agustiyanti
22/4/2021, 12.08 WIB

Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan mata uang digital berpotensi membuat layanan keuangan jauh lebih inklusif. Namun, lembaga ini juga memperingatkan ada risiko yang perlu diperhatikan.

Asisten Direktur IMF Departemen Asia Pasifik Helge Berger mengatakan, mata uang digital mampu menurunkan biaya transaksi dalam memegang dan memindahkan uang tunai. Mata uang digital juga lebih aman.

"Kami juga melihat beberapa keuntungan mata uang digital selama resesi tahun lalu, ketika otoritas fiskal di Tiongkok menggunakan sarana elektronik untuk menargetkan dukungan fiskal kepada konsumen tertentu," ujarnya dikutip dari Xinhua, Kamis (22/4).

Namun, ia memperingatkan ada pula risiko yang mengintai mata uang digital. Risiko, menurut dia, terutama terkait dengan keamanannya. Penerbit mata uang digital harus memiliki kerangka operasional dengan protokol yang aman.

"Kita harus belajar bagaimana melakukan ini dengan aman," katanya. 

Berger mengatakan, banyak bank sentral sedang bereksperimen atau setidaknya berpikir secara konseptual untuk meluncurkan versi digital mata uang mereka. Tiongkok adalah salah satu negara ekonomi besar pertama yang telah mendorong maju dengan eksperimennya.

"Ini area yang menarik.Kami terus mengawasinya dan bersama dengan otoritas Tiongkok, kami belajar dari pengalaman Tiongkok." Enditem.

Tiongkok merupakan salah satu negara yang telah mengimplementasikan mata uang digital. Salah seorang warga Tiongkok, Annabele Huang bercerita pengalaman menggunakan uang digital bank sentral mirip dengan pembayaran digital Tiongkok lainnya yang sudah ada.

Huang mendapat undian dari pemerintah Tiongkok untuk mencoba pengalaman menggunakan mata uang digital nasional. Ia menerima amplop digital yang berisi 200 yuan Tiongkok elektronik atau eCNY atau setara Rp 440 ribu dan membelanjakan uang tersebut ke toko serba ada di sebelah kantornya. Pembayaran menggunakan kode QR untuk mata uang digital menggunaan aplikasi bank yang dipindai di toko untuk pembayaran.

"Cara pembayarannya sangat mirip dengan aplikasi pembayaran Tiongkok lainnya," kata Huan dikutip dari The New York Times.

Bank Sentral Tiongkok mulai menguji eCNY tahun lalu di empat kota dan baru-baru ini memperluas uji coba ke kota-kota besar, seperti Beijing dan Shanghai. Banyak negara yang mengambil tindakan karena criptocurrency seperti Bitcoin, baru-baru ini melonjak nilainya dan menjadi lebih populer.

Bitcoin dirancang untuk didesentralisasi sehingga tidak ada perusahaan atau pemerintah yang dapat mengendalikannya. Sementara mata uang digital yang dibuat oleh bank sentral, memberi pemerintah lebih banyak cengkeraman finansial.

Mata uang ini dapat memungkinkan penyerahan langsung uang yang kedaluwarsa jika tidak digunakan pada tanggal tertentu dan dapat memudahkan pemerintah untuk melacak transaksi keuangan untuk membasmi penggelapan pajak.

Selama 12 bulan terakhir, lebih dari 60 negara telah bereksperimen dengan mata uang digital nasional, naik dari lebih dari 40 pada tahun sebelumnya. Negara-negara tersebut termasuk Swedia, yang melakukan uji coba yakni krona digital, dan Bahama, yang telah membuat mata uang digital, Dolar Pasir, tersedia untuk semua warga negara.