Realisasi Investasi Kuartal I Capai Rp 219 T Ditopang Modal Asing

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.
Ilustrasi. BKPM mencatat, penanaman modal asing (PMA) pada kuartal I 2021 tumbuh 14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau 0,6% dibandingkan kuartal sebelumnya menjadi Rp 111,7 triliun.
26/4/2021, 12.47 WIB

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi pada kuartal I 2021 sebesar Rp 219,7 triliun, naik 4,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.  Raihan investasi ini terutama ditopang oleh investasi asing.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, realisasi investasi ini juga tumbuh 2,3% dibandingkan kuartal sebelumnya. Penanaman modal asing (PMA) tumbuh 14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau 0,6% dibandingkan kuartal sebelumnya menjadi Rp 111,7 triliun. Sedangkan penanaman modal dalam negeri (PMDN)  turun 4,2% dibanding periode sama tahun sebelumnya namun berhasil tumbuh 4,2% dari kuartal sebelumnya.

"Foreign Direct Investment mulai stabil. Pada kuartal I ini, realisasi modal beda tipis dengan penanaman modal dalam negeri," kata Bahlil dalam Konferensi Pers Virtual Realisasi Investasi kuartal I 2021, Senin (26/4).

Dia menjelaskan, porsi PMA dari total seluruh investasi masuk saat ini mencapai 50,8%, sedangkan PMDN mencapi 49,2%. Posisi ini berbanding terbalik dibandingkan kuartal sebelumnya di mana porsi PMDN lebih besar dari PMA.

Bahlil mengatakan, Singapura masih menjadi negara terbesar asal PMA di Indonesia, yakni US$ 2,6 miliar. Tiongkok berada di posisi kedua dengan nilai US$ 1 miliar, disusul Korea Selatan US$ 900 juta, Hong Kong US$ 800 juta, dan Swiss US$ 500 juta. "Singapura ini memang belum tergoyahkan," ujar dia.

Dia menuturkan bahwa Korea Selatan biasanya berada di posisi nomor lima atau enam. Namun, Negeri Gingseng ini menggeser negara lain seperti Jepang seiring investasi pembangunan Pabrik Hyundai di Indonesia.

Menurut dia, pabrik tersebut akan segera rampung sehingga Indonesia bisa memproduksi mobil listrik pada Maret hingga April 2022. Investasi Korea Selatan dalam pembangunan pabrik itu sebesar US$ 1,5 miliar atau setara dengan Rp 20 triliun.

Bahlil berpendapat bahwa investor asing sudah mulai berani menanamkan modalnya di luar Jawa. Hal tersebut terlihat dari mulai masifnya investasi PMA di luar Jawa pada  kuartal I 2021, yakni di Riau Rp 8,1 triliun, Sulawesi Tengah Rp 8,4 triliun, dan Sulawesi Tenggara Rp 8 triliun. Meski demikian, tujuan investasi asing juga masih ada di Pulau Jawa seperti di DKI Jakarta Rp 14,7 triliun dan Jawa Barat Rp 21,1 triliun.

"Kalau investor dalam negeri cenderung cari aman di tempat yang infrastrukturnya sudah bagus," katanya.

Menurut Bahlil, wilayah Luar Pulau Jawa menjadi tujuan utama investasi yakni 52,1% atau Rp 114,4 triliun. Angka itu naik 11,7% dibanding kuartal I 2020. Sementara realisasi investasi di Jawa turun 2,7% menjadi Rp 105,3 triliun atau 47,9% dari total investasi periode laporan.

Dilihat dari sektornya, investasi perumahan, kawasan industri, dan perkantoran berhasil menduduki peringkat pertama dengan nilai Rp 29,4 triliun. Kemudian, disusul sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya Rp 27,9 triliun dan transportasi, gudang, dan telekomunikasi Rp 25,6 triliun.

Selanjutnya, ada sektor industri makanan Rp 21,7 triliun yang memang tumbuh pesat di tengah pandemi. Pada peringkat kelima, terdapat sektor listrik, gas, dan air Rp 20,2 triliun.

Dengan nilai investasi pada kuartal I 2021, tenaga kerja berhasil terserap 311.793, tumbuh sedikit lebih baik dari penyerapan 295 ribu orang pada kuartal IV 2020 dan 303 ribu orang pada kuartal I 2020. Dengan demikian, tren penyerapan tenaga kerja oleh investasi semakin meningkat.

Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menilai, geliat manufaktur dan investasi akan mendorong pemulihan ekonomi pada paruh pertama 2021. Ini karena pesatnya pertumbuhan impor pada Maret 2021 yang  naik 26,55% secara bulanan atau 25,73% secara tahunan menjadi US$ 16,79 miliar. 

Pertumbuhan pesat impor yang mendukung investasi utamanya terlihat pada pertumbuhan impor bahan baku yang melonjak 25,82% secara tahunan dan impor barang modal 33,8%. Sementara, impor barang konsumsi naik 13,4% secara tahunan. "Karena ada vaksin dari Tiongkok, susu dari Selandia Baru, raw sugar dari India, dan mesin AC dari Thailand," kata Suhariyanto dalam Konferensi Pers Pengumuman Ekspor dan Impor Maret 2021, Kamis (15/4).

Reporter: Agatha Olivia Victoria