Kian Tumbuh, Produk Kekayaan Intelektual Berpotensi Dongkrak Investasi

ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf/rwa.
Ilustrasi. BKPM mencatat, realisasi investasi pada kuartal I 2021 sebesar Rp 219,7 triliun, naik 4,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
2/6/2021, 17.59 WIB

Pemerintah perlu memberikan perhatian kepada investasi produk kekayaan intelektual. Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menilai sektor tersebut berpotensi besar mengungkit pertumbuhan investasi, terutama di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

"Ini sudah pernah di-highlight Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, khususnya di bidang film, musik, dan sebagainya," kata Suhariyanto dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu (2/6).

Menurut dia, perhatian perlu diberikan pemerintah kepada sektor tersebut agar investasi tak hanya bergantung pada bangunan. Pada kuartal I 2021, investasi bangunan memberikan peran 75,75% terhadap pembentukan modal tetap bruto (PMTB). Sementara itu, produk kekayaan intelektual baru berperan 2,33% terhadap PMTB.

"Kalau bisa menjadi perhatian ke depan, ini potensinya akan sangat besar sekali," ujar dia.

Berdasarkan bahan paparan Suhariyanto, investasi produk kekayaan intelektual berhasil tumbuh positif pada kuartal pertama tahun ini, di antara komponen lainnya yang negatif. Investasi sektor tersebut tercatat tumbuh 0,52% bersama dengan investasi pada komponen mesin dan perlengkapan yang tumbuh 3,48% dan kendaraan 2,08%.

Sementara itu, investasi bangunan terkontraksi 0,74% pada periode tersebut. Investasi sumber daya hayati yang dibudidayakan atau CBR juga terkontraksi 1,18%, demikian pula dengan investasi peralatan lainnya  yang minus 4,88%. Secara keseluruhan, pertumbuhan investasi masih negatif 0,23%.

Sebelumnya, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi pada kuartal I 2021 sebesar Rp 219,7 triliun, naik 4,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Raihan investasi ini terutama ditopang oleh investasi asing.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, realisasi investasi ini juga tumbuh 2,3% dibandingkan kuartal sebelumnya. Penanaman modal asing (PMA) tumbuh 14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau 0,6% dibandingkan kuartal sebelumnya menjadi Rp 111,7 triliun.

Sementara itu, penanaman modal dalam negeri (PMDN) turun 4,2% dibanding periode sama tahun sebelumnya namun berhasil tumbuh 4,2% dari kuartal sebelumnya. "Foreign Direct Investment mulai stabil. Pada kuartal I ini, realisasi modal beda tipis dengan penanaman modal dalam negeri," kata Bahlil dalam Konferensi Pers Virtual Realisasi Investasi kuartal I 2021, akhir April 2021.

Dia menjelaskan, porsi PMA dari total seluruh investasi masuk saat ini mencapai 50,8%, sedangkan PMDN mencapi 49,2%. Posisi ini berbanding terbalik dibandingkan kuartal sebelumnya di mana porsi PMDN lebih besar dari PMA.

Bahlil mengatakan, Singapura masih menjadi negara terbesar asal PMA di Indonesia, yakni US$ 2,6 miliar. Tiongkok berada di posisi kedua dengan nilai US$ 1 miliar, disusul Korea Selatan US$ 900 juta, Hong Kong US$ 800 juta, dan Swiss US$ 500 juta. "Singapura ini memang belum tergoyahkan," ujar dia.

Dia menuturkan bahwa Korea Selatan biasanya berada di posisi nomor lima atau enam. Namun, Negeri Gingseng ini menggeser negara lain seperti Jepang seiring investasi pembangunan Pabrik Hyundai di Indonesia.

Menurut dia, pabrik tersebut akan segera rampung sehingga Indonesia bisa memproduksi mobil listrik pada Maret hingga April 2022. Investasi Korea Selatan dalam pembangunan pabrik itu sebesar US$ 1,5 miliar atau setara dengan Rp 20 triliun.

Dilihat dari sektornya, investasi perumahan, kawasan industri, dan perkantoran berhasil menduduki peringkat pertama dengan nilai Rp 29,4 triliun. Kemudian, disusul sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya Rp 27,9 triliun dan transportasi, gudang, dan telekomunikasi Rp 25,6 triliun.

Selanjutnya, ada sektor industri makanan Rp 21,7 triliun yang memang tumbuh pesat di tengah pandemi. Pada peringkat kelima, terdapat sektor listrik, gas, dan air Rp 20,2 triliun.

Reporter: Agatha Olivia Victoria