Bank Indonesia (BI) kembali merevisi prediksi pertumbuhan kredit 2021 menjadi 4%-6% dari prediksi semula 5%-7%. Penurunan tersebut disebabkan karena potensi perlambatan pertumbuhan kredit pada kuartal III akibat imbas dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat.
"Pertumbuhan kredit diperkirakan akan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada kuartal III 2021, sejalan dengan menurunnya kegiatan ekonomi karena pembatasan mobilitas terhadap pandemi Covid-19, dan kembali meningkat pada kuartal IV 2021," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil rapat dewan gubernur, Jumat (23/7).
Revisi pertumbuhan kredit ini merupakan pemangkasan yang kedua kalinya. Pada akhir 2020 BI memprediksikan kredit tahun ini bisa tumbuh 7%-9% kemudian memangkasnya pada Februari 2021 menjadi hanya 5%-7%. BI juga memprediksikan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tahun ini 6%-8%.
Rasio kecukupan modal (CAR) perbankan pada Mei 2021 terpantau sebesar 24,28%, dan rasio kredit bermasalah (NPL) tetap terjaga pada level 3,35% (bruto) dan 1,10% (neto). BI juga menyebut di tengah kondisi likuiditas yang tetap longgar dan penurunan suku bunga kredit baru, intermediasi perbankan pada Juni mulai tumbuh positif meskipun belum kuat sebesar 0,59%.
Meski penyaluran kredit berpeluang melambat, BI juga memprediksikan khusus penyaluran kredit baru pada periode Juli-September akan meningkat. Survei perbankan yang dirilis BI awal minggu ini menunjukkan nilai saldo bersih tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru kuartal III terindikasi sebesar 87,1% naik dari SBT kuartal II 53,9%.
Kabar baik juga datang dari laporan pertumbuhan kredit Juni 2021. Bank Indonesia mencatat penyaluran kredit perbankan pada Juni berhasil tumbuh positif 0,4% secara tahunan. Kinerja ini juga lebih baik dibandingkan periode Mei yang terkontraksi 1,3% secara tahunan, sekaligus mengakhiri periode pertumbuhan negatif sejak September 2020.
Jenis kredit korporasi mengalami kenaikan sekalipun masih terkontraksi sebesar 2,5%, naik dari kontraksi bulan Mei 4,6%. Hal serupa juga pada kredit kepada peorangan yang masih berhasil tumbuh positif 4,3%, lebih tinggi dari pertumbuhan Mei 3,4%.
Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan penyaluran kredit terjadi pada semua komponen. Penyaluran kredit modal kerja (KMK) berhasil tumbuh positif 0,1% setelah sebulan sebelumnya masih terkontraksi 1,9%.
Perbaikan juga diikuti penyaluran kredit investasi (KI) meski masih terkontraksi, dari 3,2% pada Mei menjadi 0,8% pada Juni 2021. Sedangkan kredit konsumsi (KK) tumbuh positif dan menguat dari 1,3% menjadi 1,9%.
Penyaluran kredit properti bulan Juni mengalami perbaikan meski tidak pada semua komponen. Penyaluran KPR/KPA masih mempertahankan pertumbuhan positif sebesar 7,2%, naik dari Mei 6,2%. Kredit konstruksi sebesar 5,3% naik dari 4,2%, Namun kredit real estate justru menunjukkan pelemahan yang masih berada pada fase kontraksi 0,5% dari pencapaian Mei yang terkontrasi 0,4%.
Penyaluran kredit UMKM juga menunjukkan tren kenaikan berhasil tumbuh positif 1,9% dari pertumbuhan 0,5% bulan sebelumnya. Peningkatan didorong oleh membaiknya penyaluran kredit untuk semua subsektor, kredit usaha mikro tumbuh membaik meski masih terkontraksi 25,6% dari bulan sebelumnya 27,2%. Penyaluran kredit usaha kecil tumbuh positif dari 13,1% menjadi 15,4% dan kredit usaha menengah juga tumbuh positif dari 8,5% menjadi 8,8%.