Indeks harga konsumen (IHK) diperkirakan masih akan mencatatkan inflasi sebesar 0,01% secara bulanan atau month on month pada Agustus, lebih rendah dibandingkan bulan Juli 0,08%. Inflasi yang lebih rendah didorong oleh menurunnya harga pangan, seperti cabai.
Ekonom bank Permata Joshua Pardede memperkirakan, perlambatan inflasi secara bulanan dipengaruhi oleh adanya deflasi pada komponen barang bergejolak sebesar 0,53%. Namun komponen ini diperkirakan masih akan mencatatkan inflasi tahunan 3,91%.
Menurut dia, deflasi pada komponen barang harga bergejolak terutama terjadi pada sebagian besar harga komoditas pangan. Penurunan tertinggi berasal dari komoditas cabai merah dan cabai rawit, yang masing-masing mengalami penurunan harga sebesar 18,9% dan 22,7% dibandingkan bulan sebelumnya.
"Penurunan harga komoditas berkaitan dengan panen raya produk-produk tersebut di bulan Agustus," kata Joshua kepada Katadata.co.id, Selasa (31/8).
Sementara itu, menurut dia, pembayaran biaya pendidikan terutama perguruan tinggi menjadi penyumbang inflasi bulan ini. Permintaan masyarakat secara keseluruhan juga mulai meningkat seiring pelonggaran PPKM.
Komponen inflasi inti diproyeksikan inflasi sebesar 0,09% mtm dan 1,19% yoy. Sementara harga diatur pemerintah diperkirakan akan inflasi sebesar 0,07% mtm atau 0,70% yoy.
Ramalan Joshua persis dengan perkiraan Bank Indonesia. Berdasarkan survei pemantauan harga-harga pada pekan keempat Bank Indonesia, IHK Agustus 2021 diproyeksikan inflasi 0,01% mtm atau 1,57% yoy. Sedangkan sepanjang tahun ini, inflasi diperkirakan mencapai 0,82%.
Kenaikan IHK Agustus terutama didorong adanya inflasi pada komoditas minyak goreng 0,03% mtm dan tomat 0,02%. Harga telur ayam ras dan rokok kretek filter masing-masing naik 0,01% mtm.
Di sisi lain, menurut BI, deflasi terjadi pada beberapa komoditas, antara lain cabai rawit 0,05% dan cabai merah deflasi 0,03%. Kangkung, bayam, sawi hijau, kacang panjang, bawang merah, jeruk, emas perhiasan, dan angkutan antarkota juga mencatatkan deflasi masing-masing 0,01%.
Badan Pusat Statistik melaporkan inflasi bulan Juli 0,08% secara mtm dan 1,52% secara yoy. Kenaikan IHK paling tinggi terjadi pada kelompok kesehatan dengan inflasi bulanan 0,24, namun andilnya hanya 0,01% terhadap inflasi bulanan Juli 2021.
Sementara, andil terbesar inflasi bulan lalu berasal dari kenaikan harga komoditas makanan, minuman dan tembakau. Komoditas ini tercatat inflasi 0,15% dengan andil 0,04%. Kenaikan harga pada kelompok pengeluaran ini terutama cabai rawit, tomat, bawang merah, cabai merah dan rokok filter.
Pemerinta telah melonggarkan mobilitas di sejumlah wilayah penting antara lain Jabodetabek, Bandung Raya dan Surabaya Raya dengan menurunkan status PPKM dari level 4 menjadi level 3. Keputusan ini berlaku sejak 24 Agustus hingga 30 Agustus, yang kemudian kembali diperpanjang hingga 6 September mendatang. Pada perpanjangan yang terbaru, sejumlah wilayah di pulau Jawa juga ikut turun level seperti Malang Raya dan Solo Raya, sedangkan Semarang Raya turun ke level 2.