BPS Catat Inflasi Agustus 0,03% Disumbang Kenaikan Biaya Sekolah

ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/wsj.
Ilustrasi. BPS mencatat harga cabai memberikan andil deflasi pada Agustus.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
1/9/2021, 11.38 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulanan pada Agustus tercatat 0,03%, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 0,08%. Inflasi disumbang oleh kenaikan harga minyak goreng dan biaya sekolah. 

"Tingkat inflasi pada Agustus masih sangat terkendali. Inflasi bulanan sebesar 0,03% dan inflasi tahunan 1,59%," ujar Deputi Bidang Statistik dan Distribusi Jasa BPS Setianto dalam Konferensi Pers, Rabu (1/9). 

Ia menjelaskan, biaya sekolah menjadi penyumbang inflasi karena bulan lalu merupakan tahun ajaran baru. Kelompok pendidikan mencatatkan inflasi mencapai 1,2% dengan andil 0,07% terhadap inflasi bulan lalu.

"Uang sekolah SMP dan perguruan tinggi masing-masing memberi andil 0,02%. Kemudian uang sekolah SMA memberikan andil 0,01%," katanya. 

Ia menjelaskan, inflasi juga disumbang oleh kenaikan harga minyak goreng, tomat, dan rokok filter dengan andil inflasi 0,01%. Sementara harga pangan lainnya, seperti cabai rawit, daging ayam ras, cabai merah, bayam, buncis, kacang panjang turun sehingga memberikan andil deflasi.

"Cabai rawit memberikan andil deflasi terbesar 0,05%, ayam ras 0,04%, sedangkan lainnya memberikan andil masing-masing 0,1%," katanya. 

Secara keseluruhan, menurut Setianto, harga pangan memberikan andil deflasi 0,48% terhadap IHK Agustus. Selain harga pangan, penurunan harga juga terjadi pada tarif angkutan udara yang turut memberikan andil deflasi.

Penurunan harga pangan membuat komponen inflasi harga yang bergejolak juga mengalami deflasi 0,64% dengan andil 0,11%. Komponen inflasi mencatatkan inflasi tahun kalender 0,5% dan inflasi tahunan 3,8%. 

Komponen inti masih mencatatkan inflasi 0,21% secara bulanan atau 1,3% secara tahunan. Sedangkan komponen harga yang diatur pemerintah mencatatkan inflasi 0,02% secara bulanan atau 0,65% secara tahunan. 

Setianto juga menjelaskan, inflasi terjadi di 34 kota dari 90 kota yang diamati. Sedangkan 56 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kendari sebesar 0,62% yang disumbang oleh kenaikan harga berbagai jenis ikan. Sementara deflasi tertinggi 1,04% terjadi di Sorong karena penurunan harga tarif angkutan udara dan sejumlah komoditas pangan. 

Presiden Joko Widodo sebelumnya menilai, inflasi yang masih rendah pada tahun ini dapat menjadi indikasi daya beli masyarakat yang turun akibat penerapan pembatasan. Inflasi pada Juli tercatat 1,52% secara tahunan (yoy) atau 0,81% sepanjang tahun (ytd), masih jauh di bawah target inflasi tahun ini sebesar 3%. 

"Kami  tahu inflasi yang rendah bisa jadi bukan hal yang menggembirakan, bisa saja ini mengindikasi turunnya daya beli masyarakat akibat pembatasan aktivitas dan mobilitas," kata Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2021, Rabu (25/8).

Jokowi menyebut, pemerintah juga masih terus mewaspadai melambatnya perekonomian pada kuartal III akibat lonjakan kasus Covid-19. Pihaknya masih akan menyeimbangan antara kesehatan dan ekonomi untuk melindungi masyarakat rentan.

Pemerintah meramalkan pertumbuhan ekonomi kuartal III akan lebih lambat dari kuartal sebelumnya, yakni 4% hingga 5,7%. Kendati demikian, kuartal terakhir masih lebih optimistis bisa tumbuh 4,6% hinga 5,9%. Sementara pertumbuhan PDB sepanjang tahun ini diproyeksikan 3,7% hingga 4,5% atau berada di bawah target APBN sebesar 5%.