Cina Tak Lagi di Posisi Pertama Indeks Pemulihan Covid-19, Mengapa?
Cina tergelincir dari peringkat pertama ke posisi sembilan dalam edisi terbaru Indeks Pemulihan Covid-19 yang dirilis Nikkei. Hal ini seiring upaya Cina yang masih mengejar nol kasus sehingga mempelambat pemulihan ke kehidupan normal di negara tersebut.
Indeks ini menilai negara dan wilayah dalam mengelola kasus infeksi, menggelar vaksinasi, dan mobilitas sosial. Semakin tinggi peringkatnya, semakin dekat negara tersebut menuju pemulihan, dengan infeksi yang rendah, tingkat inokulasi yang lebih tinggi, dan langkah-langkah jarak sosial yang kurang ketat.
Mengutip Nikkei, Malta menempati posisi indeks ini dengan skor 73. Disusul Chili dan Bahrain dengan skor yang sama yakni 72, Uni Emirat Arab 71, Arab Saudi 70,5, Portugal 68,5, serta Hong Kong dan Qatar sama-sama memiliki skor 68. Cina yang berada dibelakang kedelapan negara tersebut mendapatkan skor 67,5. Sementara Indonesia jauh berada di belakang pada posisi 54.
Cina turun peringkat dari posisi pertama dalam indeks yang dibuat Nikkei sebelumnya karena negara berpenduduk terbesar ini masih bersikukuh untuk mencapai nol kasus Covid-19 saat negara lain mulai berdamai dengan pandemi.
Mengutip Bloomberg, Cina menjadi satu-satunya negara yang saat ini masih berpegang teguh dengan tujuan utama menghilangkan Covid-19. Negara lain yang semula memiliki tujuan serupa, seperti Selandia Baru sudah bersiap untuk beralih strategi.
Negara-negara yang juga sempat mencatatkan nol kasus baru seperti Singapura dan Australia telah memutuskan bahwa pendatakan untuk mengejar nol kasus tidak berkelanjutan. Mereka beralih pada strategi untuk mendorong vaksinasi guna menurunkan angka gejala serius dan kematikan akibat Covid-19 sambil berupaya mengendalikan kasus.
Sementara itu, tekad Cina ntuk membasmi setiap infeksi tampaknya semakin kuat, meskipun 75% dari populasinya yang besar telah divaksinasi sepenuhnya. Negara ini sekarang bergulat dengan gejolak keempat yang didorong delta dalam dua bulan terakhir dan minggu ini mengunci sebuah prefektur di provinsi Xinjiang barat atas dua infeksi tanpa gejala selama periode puncak pariwisata.
Wilayah Cina di Hong Kong, yang sejauh ini menghindari transmisi lokal delta, juga telah memperjelas bahwa statusnya sebagai pusat keuangan global kurang penting dibandingkan hubungan wilayah ini dengan daratan dan tujuan bersama untuk eliminasi.
Tugas itu kemungkinan akan menjadi lebih sulit ketika cuaca dingin, kondisi di mana virus menyebar paling cepat. Apalagi dalam tiga bulan ke depan, Beijing akan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin, menyambut ribuan atlet dari seluruh dunia.
“Covid Zero dalam jangka menengah hingga panjang tidak berkelanjutan. Delta menunjukkan hal yang hampir mustahil. Sulit untuk melihat bagaimana China bisa mencapai nol Covid musim dingin ini,” kata Peter Collignon, seorang dokter penyakit menular dan profesor di Australian National University Medical School.
Upaya mencapai nol kasus saat ini justru menjadi kebanggaan politik bagi Cina. Pihak berwenang menyatakan keberhasilan mereka dalam menahan virus sebagai kemenangan ideologis dan moral atas AS dan negara-negara lain yang sekarang memperlakukan virus sebagai endemik.
Meski demikian, Pejabat di Cina telah mengatakan bahwa mereka tidak akan tetap berpegang pada upaya menghilangkan Covid-19 selamanya, meskipun negara ini hanya akan mempertimbangkan perubahan ketika pendekatan tersebut tidak lagi berfungsi atau biayanya terlalu tinggi denganparameter yang belum dipublikasikan.
Pemerintah kota diminta untuk membuat fasilitas karantina khusus yang dapat menampung ribuan kedatangan dari luar negeri pada akhir Oktober, menandakan bahwa pembatasan perjalanan yang berat di Cina tidak mungkin dilonggarkan dalam waktu dekat.