Sri Mulyani: CEO GFANZ Janji Rp 1.868 Kuadriliun untuk Perubahan Iklim

ANTARA FOTO/Pool via Reuters-Erin Schaff/hp.
Presiden Joko Widodo (kiri) berjalan menuju ruangan pertemuan Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26), di Glasgow, Skotlandia, UK, Selasa (2/11/2021).
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati
4/11/2021, 17.45 WIB

Negara-negara di dunia membutuhkan anggaran jumbo untuk menangani masalah perubahan iklim. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkap, asosiasi industri keuangan dunia baru saja berjanji akan menyetor US$ 130 triliun atau Rp 1.868 kuadriliun (kurs Rp 14.375 per US$) untuk mendukung target bebas karbon pada 2050.

Sri Mulyani mengatakan, janji dukungan pembiayaan tersebut disampaikan oleh para CEO yang tergabung dalam Glasgow Financial Allaince for Net Zero (GFANZ). Adapun komitmen tersebut disampaikan dalam agenda Breakfast Meeting para Menteri Keuangan dengan CEO GFANZ dalam acara COP26 Glasgow.

"Dalam pertemuan itu disampaikan juga adanya potensi dana finansial global sebesar US$ 130 triliun yang dapat digunakan untuk membantu negara miskin dan berkembang untuk menuju transisi ke net zero," kata Sri Mulyani dalam unggahannya di akun instagram peribadinya @smindrawati, Kamis (4/11).

Untuk diketahui, GFANZ merupakan aliansi yang terdiri atas 450 perusahaan keuangan dunia, meliputi perbankan, perusahaan asuransi dan manajer aset yang berasal dari 45 negara. Komitmen pembiayaan tersebut dalam rangka dukungan sektor keuangan terhadap target penurunan emisi di masa depan.

"Kami sekarang memiliki saluran penting untuk memindahkan perubahan iklim dari pinggiran ke garis depan keuangan, sehingga setiap keputusan keuangan memperhitungkan perubahan iklim,” kata mantan Gubernur bank sentral Inggris (BoE) yang juga Ketua GFANZ Mark Carney dikutip dari The New York Times.

Sri Mulyani mengatakan keterlibatan GFANZ dinilai menjadi bukti kolaborasi dengan sektor swasta dari sisi mobilisasi modal untuk program transisi. Dengan demikian dapat membantu proyek perubahan iklim di negara miskin dan berkembang.

Adapun hasil dari pertemuan tersebut juga diusulkan enam langkah untuk merealisasikan ambisi bebas karbon global. Pertama, menetapkan target untuk mencapai nol karbin pada tahun 2050 dan capaian interim pada tahun 2030.

Kedua, melakukan komunikasi ke publik dan privat. Ketiga, mendorong G20 untuk menyusun rencana transisi yang kredibel. Keempat, implementasi pengurangan subsidi untuk bahan bakar fosil.

Kelima, mendorong aksi dan pelaporan dari Task Force for Climate Action Disclosure pada tahun 2024. Keenam, menyelaraskan isu transisi dengan Sustainable Development Goals (SDGs), termasuk perlindungan bio diversity.

Pertemuan itu juga mendorong penyelesaian dan penerapan roadmap dari Sustainable Finance Working Group dalam Forum G20. Selain itu, sebagai upaya memperluas dukungan sektor swasta terhadap proyek perubahan iklim, juga turut diundang kelompok Multilateral Development Banks (MDBs).

"Beberapa inisiatif dari sektor privat, seperti Climate Finance Leadership Initiative (CFLI) didukung oleh Bloomberg dan direncanakan proyeknya berada di India dan Indonesia," ujar Sri Mulyani.

CFLI merupakan inisiatif yang dibentuk oleh taipan sekaligus miliarder dunia Michael R. Bloomberg. Inisiatif ini terdiri atas sejumlah raksasa keuangan seperti Allianz Global Investors, AXA, Bloomberg, Enel, Goldman Sachs, Japan’s Government Pension Investment Fund (GPIF), HSBC, and Macquarie.

Inisiatif ini bertujuan untuk mengumpulkan perusahaan-perusahaan terkemuka untuk memobilisasi modal swasta kepada proyek-proyek yang mendukung perubahan iklim. Di India, CFLI ini ditargetkan bisa mendatangkan investasi hingga US$ 649 miliar atau Rp 9.329 triliun untuk mendanai sektor kelistrikan dengan energi terbarukan dengan kapasitas 450 GW.

Reporter: Abdul Azis Said