Notulen rapat komite pembuat kebijakan The Federal Reserve (The Fed) awal bulan ini menunjukkan sebagian besar anggota The Fed mendukung percepatan tapering off. Kondisi tersebut bisa mendorong ekspektasi kenaikan bunga acuan yang lebih cepat.
Merujuk pada notulen, sejumlah pejabat bank sentral Amerika Serikat tersebut, tampaknya mulai mencermati tren kenaikan harga-harga yang tengah terjadi.
The Fed berencana memulai tapering off berupa pengurangan quantitative easing akhir bulan ini. The Fed akan mengurangi pembelian aset sebesar US$ 15 miliar dari pembelian rutinya sebesar US$ 120 miliar.
Pembelian rencananya berakhir pertengahan tahun depan. Kendati demikian, tekanan inflasi mendorong sebagian besar pejabat The Fed mendorong agar pengurangan pembelian ditingkatkan sehingga bisa diakhiri lebih cepat.
"Banyak peserta mencatat bahwa Komite (FOMC) harus siap untuk menyesuaikan laju pembelian aset dan menaikkan kisaran target untuk tingkat dana federal lebih cepat dari yang diantisipasi peserta saat ini jika inflasi terus berjalan lebih tinggi dari target," demikian tertulis dalam dokumen risalah rapat The Fed dikutip Reuters, Rabu (24/11).
Dokumen yang dirilis mengindikasikan bahwa kecemasan tentang kenaikan inflasi kini telah meluas di mayoritas pengambil kebijakan The Fed.
Dokumen tersebut secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa inflasi tinggi mungkin akan bertahan lebih lama.
Ini berbeda dari pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang selama ini selalu menyebut inflasi hanya bersifat sementara.
Adanya dorongan untuk mempercepat pengurangan pembelian aset ini membuka peluang kenaikan bunga acuan yang lebih cepat.
Powell telah berulang kali mempertegas bahwa tapering off tidak ada kaitannya dengan kenaikan bunga acuan.
Namun, pasar bertaruh the Fed bisa mempercepat kenaikan bunga acuan pada paruh kedua tahun depan. Ini lebih cepat dari rencana awal akan dilakukan pada 2023.
Sejumlah pejabat The Fed lebih dulu menyarankan percepatan tapering off.
Dewan Gubernur The Fed Christopher Waller juga menyerukan agar bank sentral menggandakan pengurangan pembelian obligasinya. Kemudian pembelian diakhiri April mendatang.
Sekalipun inflasi memanas, risalah rapat itu juga menunjukkan sebagian pejbat bank sentral lainnya menndorong pendekatan yang lebih sabar.
The Fed diminta untuk mencermati berbagai data yang ada. Seperti diketahui, The Fed mempertimbangkan indikator utama, yakni inflasi dan perbaikan tenaga kerja sebelum menarik berbagai stimulus moneternya.
"(Meski begitu, The Fed) tidak akan ragu untuk mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi tekanan inflasi yang menimbulkan risiko terhadap stabilitas harga jangka panjang dan target ketenagakerjaan," tulis risalah rapat tersebut.
Sejumlah data ekonomi yang dirilis tiga minggu terakhir menunjukkan adanya penguatan, baik dari sisi inflasi yang terus naik maupun pemulihan dipasar ternaga kerja.
Hal ini mendorong semakin kuatnya pembahasan percepatan pengurangan pembelian aset yang kemungkinan akan dibahas dalam pertemuan FOMC bulan depan.
Data klaim baru untuk tunjangan pengangguran pada minggu ketiga November menunjukkan penurunan ke level terendah sejak 1969. Sejumlah indikator inflasi juga menunujukkan berlanjutnya kenaikan harga-harga,