Bank Indonesia memperkirakan kenaikan kasus Covid-19 akibat varian Omicron pada awal tahun ini tak akan berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2022. Bank Sentral masih optimistis pertumbuhan ekonomi mampu mencapai 4,7% hingga 5,5% pada tahun ini.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, varian Omicron kemungkinan berdampak pada mobilitas masyarakat dan aktivitas ekonomi pada Februari. Namun, ia percaya pemerintah mampu mengendalikan Covid-19 sehingga kasus dapat mulai terkendali pada bulan depan sehingga mobilitas dan aktivitas ekonomi yang saat ini melambat akan kembali meningkat.
"Dampak omicron terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal I secara keseluruhan tidak akan berpengaruh signifikan. Ekonomi kuartal I akan tumbuh relatif tinggi," ujar Perry dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Februari 2022 di Jakarta, Kamis (10/2).
Perry masih meyakini pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini mencapai 4,7% hingga 5,5%. Perbaikan ekonomi akan ditopang konsumsi yang meningkat dengan meningkatnya mobilitas usai Omicron, serta meningkatnya investasi, ekspor dan impor, serta dukungan pemerintah.
Ia juga menyebut data-data indikator perekonomian pada awal tahun ini, seperti purchasing managers index (PMI), keyakinan konsumen, dan penjualan eceran menunjukkan pemulihan ekonomi akan berlanjut. Pertumbuhan ekonomi akan didukung percepatan vaksinasi dan stimulus kebijakan pemerintah, BI, dan otoritas terkait lainnya.
Pemulihan ekonomi domestik juga akan didukung pemulihan ekonomi global yang berlanjut seiring dengan percepatan vaksinasi dan berlanjutnya kebijakan fiskal yang ekspansi. Realisasi pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat, Tiongkok, dan Eropa pada tahun lalu menunjukkan perbaikan yang berlanjut.
Ia mengatakan, pemulihan ekonomi global yang berlanjut juga dikonfirmasi oleh kinerja sejumlah indikator awal tahun ini, seperti data purchasing managers index (PMI), keyakinan konsumen, dan penjualan ritel yang tetap kuat di tengah penyebaran kasus Covid-19 varian Omicron.
"Dengan perkembangan tersebut, perekonomian global tahun depan tetap sesuai dengan proyeksi kami sebelumnya 4,4%," kata dia.
Namun demikian, ia menekankan perekonomian global masih menghadapi ketidakpastian di pasar keuangan yang meningkat seiring dengan percepatan kebijakan normalisasi negara maju, terutama Amerika Serikat dan Eropa. Normalisasi mulai ditempuh tahun ini merespons inflasi yang melonjak di negara-negara maju, terutama akibat gangguan suplai.
Selain itu, menurut dia, kenaikan kasus Covid-19 akibat penyebaran varian Omicron dan meningkatnya potensi geopolitik berpotensi mengakibatkan terbatasnya aliran modal asing dan memberikan tekanan terhadap nilai tukar negara berkembang. termasuk Indonesia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini mampu mencapai di atas 5% meski ada penerapan PPKM level 3 di Jabodetabek, Bali, Yogyakarta, dan Bandung Raya.
"Kami melihat pertumbuhan di kuartal 1 tahun lalu masih minus 0,7 persen, kita harapkan di kuartal 1 tahun ini kami bisa dorong di atas 5%," kata Airlangga dalam Konferensi Pers PPKM pada Senin (7/2), seperti dikutip dari Antara.
Optimisme Airlangga datang dari hasil survei masyarakat yang optimistis melihat kondisi perekonomian tahun ini. Ia pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2022 mampu tumbuh di kisaran 4,7% hingga 5,6%. Dari beberapa hasil survei masyarakat tampak optimistis sehingga Airlangga memprediksi perekonomian Indonesia sepanjang 2022 dapat mencapai 4,7% hingga 5,6%.