Konsumsi pemerintah pada kuartal I tahun ini mencatatkan kontraksi 7,74% saat konsumsi rumah tangga berangsur pulih. Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani optimistis konsumsi pemerintah akan tumbuh positif tahun ini seiring adanya pencairan THR, bansos dan belanja subsidi yang bengkak.
"Secara keseluruhan pada tahun 2022 ini belanja pemerintah masih akan tumbuh positif, saya bahkan memperkirakan tumbuhnya bisa sampai mendekati 10%," ujarnya saat muncul di Kompas TV, Selasa (11/5).
Ia menjelaskan, penurunan konsumsi pemerintah pada kuartal I 2022 dibandingkan tahun lalu karena terdapat beberapa belanja tahun lalu yang tidak dilakukan di awal tahun ini. Pada kuartal I tahun lalu, pemerintah mengeluarkan anggaran sangat besar untuk kebutuhan pandemi, terutama vaksinasi. Pembelian dan distribusi vaksin baru dimulai awal tahun lalu sehingga anggaran dipakai untuk kebutuhan tersebut.
Di samping itu, pemerintah memberlakukan ketentuan PSBB pada awal tahun lalu saat kasus Covid-19 melonjak usai libur Nataru. Pemerintah saat itu mulai menyalurkan bansos sekalipun memang kasus belum sebanyak saat lonjakan Delta saat Juli-Agustus 2021.
Adapun pada kuartal I 2022, belanja terkait pandemi justru tidak sebesar tahun lalu. Pemerintah bahkan banyak memperoleh vaksin hibah. Selain itu, mobilitas masyarakat relatif baik saat terjadi lonjakan Omicron awal tahun ini sehingga pemerintah tidak perlu menambah bansos.
Namun demikian, ia optimistis konsumsi pemerintah akan terakselerasi pada kuartal kedua. Hal ini ditopang adanya pencairan THR serta penyaluran bansos baru yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) minyak goreng. Pemerintah menyediakan anggaran Rp 6,95 triliun untuk menyalurkan BLT Migor kepada 23,15 juta penerima. Hingga 28 April, bantuan tersebut sudah dicairkan sebesar Rp 5,78 triliun.
Di samping itu, pengeluaran pemerintah juga akan meningkat seiring kebutuhan terhadap subsidi energi. "Subsidi dan kompensasi karena harga listrik, BBM dan LPG tidak berubah sampai sekarang, ini pasti akan menambah belanja subsidi kita pada kuartal II atau bahkan juga berimbas pada kuartal III," kata dia.
Dengan terakselerasinya belanja pemerintah tersebut, mayoritas komponen pengeluaran dalam PDB akan membaik pada kuartal II. Konsumsi masyarakat diperkirakan juga semakin baik seiring adanya faktor musiman libur lebaran dan Ramadan. Ekspor menurutnya masih akan tumbuh sangat tinggi sekalipun akan ada pengaruh dari larangan ekspor CPO.
"Perkiraan pertumbuhan ekonomi kuartal II masih akan tetap terjaga dalam range 4,5% sampai 5,2% tetapi akan dikalibrasi lagi karena ada beberapa faktor musiman," kata dia.
Perekonomian Indonesia berhasil tumbuh 5,01% pada kuartal I tahun ini. Hampir semua komponen pengeluaran tumbuh positif, kecuali konsumsi pemerintah yang minus 7,74%. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga membaik dengan pertumbuhan 4,34% , lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 3,55%, investasi menurun tapi masih positif yakni 4,09%. Perdagangan internasional tumbuh dua digit, ekspor 16,22% dan impor 15,03% sementara konsumsi LNPRT 5,98%.