Rupiah Menguat Jelang Pengumuman Bunga Acuan BI Siang Ini

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (5/11/2021).
23/6/2022, 09.41 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka menguat 25 poin ke level Rp 14.838 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Namun, analis memperkirakan rupiah akan berbalik melemah pada siang nanti, menjelang pertemuan Bank Indonesia (BI) yang diramal akan kembali menahan suku bunga acuannya di 3,5%.

Mengutip Bloomberg, rupiah menguat ke Rp 14.833 pada pukul 09.20 WIB. Posisi ini semakin jauh dari penutupan kemarin di Rp 14.863 per dolar AS.

Bersamaan dengna itu, mayoritas mata uang Asia lainnya melemah terhadap dolar AS. Won Korsel melemah 0,26% bersama rupee India 0,38%, dolar Singapura 0,16%, yuan Cina 0,14%, dan baht Thailand 0,11%. Sebaliknya, yen Jepang menguat 0,37% bersama dolar Hong Kong 0,01% , dolar Taiwan 0,09%, dan peso Filipina 0,01%.

Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan, rupiah akan kembali tertekan hari ini ke rentang Rp14.880-Rp 14.900, dengan potensi support di kisaran Rp 14.820-Rp 14.800 per dolar AS. Kurs garuda akan melemah jelang pengumuman keputusan moneter BI siang ini. 

Aristin menyebut mayoritas analis memperkirakan BI belum akan mengerek suku bunga acuannya, dengan mempertimbangkan kondisi inflasi domestik masih terkendali, dan perlunya mendukung pemulihan ekonomi. 

"Namun demikian, banyak juga yang khawatir bila perbedaan suku bunga acuan BI dan the Fed yang tidak jauh akan memicu pelemahan nilai tukar rupiah lebih dalam lagi terhadap dollar AS," kata Ariston, Kamis (23/6).

Untuk diketahui, The Fed sudah menaikkan bunga acuannya sebesar 150 bps dalam tiga pertemuan terakhir. Kenaikan 75 bps pada pertemuan Juni merupakan langkah paling agresif yang pernah dilakukan The Fed sejak 1994. Dengan demikian, bunga The Fed saat ini berada di 1,5%-1,75%. Ini semakin mendekati bunga BI 3,5%.

Sentimen kenaikan bunga The Fed kembali diperkuat oleh komentar Gubernur The Fed Jerome Powell di depan Kongres AS. Powell menyatakan komitmennya untuk menurunkan inflasi dan bergerak cepat untuk melakukannya. 

"Kami memiliki alat yang kami butuhkan dan tekad yang diperlukan untuk memulihkan stabilitas harga untuk keluarga dan bisnis di Amerika Serikat," kata Powell dikutip dari CNBC Internasional.

Selain itu, pelemahan rupiah hari ini juga masih akan dipengaruhi kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan resesi ekonomi. Pasalnya, kenaikan bunga acuan bukan hanya dilakukan The Fed melainkan bank bank sentral lainnya. Kenaikan bunga tersebut berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia karena bunga yang makin tinggi bisa menekan permintaan.

Seperti diketahui, ekonomi terbesar dunia, AS juga diramal bakal resesi pada tahun depan. Beberapa ekonom juga menyebut Inggris juga akan menghadapi periode resesi. OECD memperkirakan ekonomi Inggris akan stagnan pada tahun depan mendekati 0%.

Sebelumnya, dalam laporan Global Economic Prospects edisi Juni 2022, Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2022 menjadi 2,9%, dari sebelumnya sebesar 4,1%.

Bank Dunia menilai invasi Rusia ke Ukraina memperparah perlambatan ekonomi global, yang notabene belum pulih sepenuhnya dari dampak pandemi Covid-19. 

Perekonomian dunia kini diprediksi memasuki periode pertumbuhan lemah yang berkepanjangan seiring meningkatnya laju inflasi.

Reporter: Abdul Azis Said