Susul AS, Bank Indonesia Diramal Kerek Lagi Suku Bunga 0,25% Hari Ini

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers hasil rapat dewan gubernur BI bulan Januari 2020 di Jakarta, Kamis (23/1/2020).
Penulis: Abdul Azis Said
22/9/2022, 07.25 WIB

Bank Indonesia (BI) diperkirakan kembali menaikkan suku bunga acuan hari ini 0,25%. Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed mengerek bunga acuan 0,75% dini hari tadi.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) Danamon, Mandiri dan Permata kompak memprediksi suku bunga BI naik 0,25% menjadi 4% pada pertemuan hari ini. Bank sentral sebelumnya menaikkan bunga acuan agar inflasi tidak melonjak setelah harga BBM naik.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memperkirakan, inflasi bulan ini 1,4% secara bulanan. Sedangkan inflasi tahunan diramal naik menjadi 6,3% - 6,7%.

Jika harga BBM tidak naik, inflasi secara bulanan diprediksi hanya 0,12% dan tahunan 3,5% - 4,5%.

"Selain itu, pengetatan kebijakan moneter BI bertujuan menjaga stabilitas rupiah di tengah penguatan dolar AS terhadap mata uang global," kata Josua dalam risetnya, dikutip Kamis (22/9).

Kurs garuda memang terus melemah sebelum pertemuan The Fed 21 – 22 September. Data Bloomberg menunjukkan, rupiah terkoreksi 1,13% selama dua pekan menjelang pertemuan The Fed dan 5,15% secara tahunan.

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz memprediksi bunga acuan naik 0,25% hari ini. Sebab, BI beberapa kali menengaskan akan memperketat moneter secara bertahap agar momentum pemulihan dapat terjaga.

"Namun bukan tidak mungkin BI meningkatkan (bunga acuan) 0,5%, karena The Fed sangat hawkish. Selain itu, inflasi Indonesia terindikasi meningkat signifikan pasca- penyesuaian harga BBM," ujarnya.

Jika BI benar-benar kembali menaikkan bunga acuan hari ini, menurutnya bank sentral berupaya menjaga inflasi tahun depan. Dalam beberapa komentar sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa inflasi berisiko masih di atas 4% tahun depan.

The Fed Kerek Bunga Acuan 0,75%

Kebijakan bank sentral AS menjadi salah satu faktor pertimbangan BI. Dalam pengumuman dini hari tadi, The Fed memutuskan kembali menaikkan bunga 75 basis poin (bps) atau 0,75%.

Besaran kenaikannya sama selama tiga pertemuan beruntun. Dengan demikian, suku bunga di AS naik menjadi 3% - 3,25% atau menyentuh rekor tertinggi sejak awal 2008.

Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan pesan utama bank sentral yang masih sama dengan sebelum-sebelumnya, yakni mendorong inflasi turun ke rentang target 2%. "Dan kami akan terus melakukannya sampai pekerjaan selesai," kata Powell dikutip CNBC Internasional, Rabu (21/9).

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menilai, pengetatan moneter yang berlanjut di AS akan menjadi perhatian BI dalam menentukan suku bunga. Kemungkinan The Fed terus menaikkan bunga ke depan dapat menimbulkan risiko keluarnya modal asing di pasar obligasi pemerintah.

Hal itu dapat memicu tekanan lebih lanjut pada sektor eksternal Indonesia, khususnya stabilitas nilai tukar.

Dari sisi domestik, tekanan inflasi juga meningkat. "Dengan tekanan yang datang dari sisi eksternal dan domestik, kami memandang BI ke depan beralih dari kebijakan moneter longgar ke kenaikan suku bunga untuk memastikan stabilitas," demikian dikutip dari risetnya.

Ia memperkirakan BI terus menaikkan suku bunga ke level 4,75% pada akhir tahun. Oleh karena itu, ia memprediksi bank sentral kembali menaikan 0,25% hari ini.

Kemudian, BI berpeluang kembali mengerek bunga acuan hingga 75 bps di sisa tiga pertemuan tahun ini. Kenaikan kemungkinan berlanjut hingga tahun depan sebesar 25 bps menjadi 5%.

Reporter: Abdul Azis Said