Chatib Basri Sebut RI Tak Akan Masuk Resesi Tahun Depan, Ini Alasannya

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Menteri Keuangan 2012- 2013 Republik Indonesia Muhammad Chatib Basri memperkirakan resesi ekonomi global akan menyebabkan ekonomi Indonesia tumbuh melambat tetapi tak negatif.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
11/10/2022, 15.00 WIB

Berbagai lembaga internasional memperingatkan risiko resesi ekonomi global pada tahun depan akan meningkat. Ekonom Senior sekaligus mantan Menteri Keuangan Chatib Basri memperingatkan penurunan kinerja ekonomi global akan menyeret ekonomi domestik, tetapi tak sampai jatuh ke jurang resesi.

Menurut Chatib, perekonomian Indonesia pada tahun depan hanya akan melambat. Kondisi Indonesia dinilai lebih beruntung dibandingkan negara lain di kawasan karena kontribusi ekspor di dalam perekonomian domestik tidak signifikan.

"Tantangannya berat, tetapi bukan berarti akan mengalami pertumbuhan ekonomi negatif, kalau kita biasanya tumbuh di 5,2%, mungkin tahun depan akan tumbuh sedikit di bawah 5%," ujarnya saat ditemui di JCC Senayan, Selasa (11/10).

Menurut dia, perlambatan ekonomi kemungkin juga baru akan terlihat pada awal tahun depan. Ia masih optimistis kinerja ekonomi di sisa tahun ini kemungkinan masih cukup kuat. 

Chatib menjelaskan, perlambatan akan bersumber dari dua jalur, yakni lesunya ekspor dan pengetatan kebijakan moneter dan fiskal.  Penurunan kinerja ekonomi global mau tidak mau akan merembet ke dalam negeri, yang terlihat dari penurunan ekspor. Meski demikian, koreksi dari sisi ekspor juga dinilai akan terbatas karena Indonesia masih menikmati berkah dari harga komoditas terutama batu bara.

Selain itu, menurut Chatib, penurunan dari sisi ekspor ini tidak akan signifikan menekan kinerja pertumbuhan ekonomi. Ini karena lebih dari separuh ekonomi Indonesia ditopang konsumsi rumah tangga, sedangkan ekspor hanya sekitar seperempatnya. Hal ini membuat efeknya terhadap PDB juga tidak banyak.

Selain ekspor, perlambatan juga terimbas dari kebijakan makro ekonomi yang makin ketat. Dari sisi moneter, kenaikan suku bunga lebih tinggi sebesar 75 bps sejak Agustus. Dari sisi fiskal juga makin ketat, defisit anggaran pemerintah tahun depan sudah diturunkan tidak lebih dari 3%. 

"Jadi mungkin perlambatan ekonomi akan terjadi, tapi saya melihat bahwa kalau risiko dari resesi rasanya tidak, tapi pertumbuhan kita mungkin akan melambat dibandingkan 2022," kata Chatib.

Indonesia Beruntung

Indonesia dinilai tidak serentan negara lain di kawasan seperti Singapura, Thailand dan Malaysia apabila ekonomi dunia masuk ke jurang resesi. Alasannya, karena Indonesia tidak banyak terkoneksi dengan ekonomi global dan kontribusi ekspor di dalam PDB juga tidak signifikan.

Kontribusi ekspor ke PDB hanya berkisar 20-25%. Chatib membandingkan dengan Singapura, yang mana ekspor menyumbang sangat signifikan ke dalam perekonomian, begitu juga Malaysia dan Thailand.

"Kalau Indonesia tidak terintegrasi pada global, tidak akan ada dampak global pada diri anda, jadi kalau porsi ekspornya kecil, maka dampak dari ekspornya pasti relatif kecil," kata Chatib.

Ia juga melihat resiliensi Indonesia saat ini lebih karena perekonomian domestik berjalan lebih baik dibandingkan banyak negara yang risiko pelemahannya lebih dalam. Karenanya, Indonesia menjadi sedikit negara yang masih menarik. "Bukan karena kita hebat, tetapi karena bagian dunia lain dalam masalah," kata Chatib.

Reporter: Abdul Azis Said