Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan optimistis pendapatan per kapita Indonesia dapat mencapai US$ 10.000 atau sekitar Rp 154 juta per tahun (asumsi kurs Rp 15.400 per dolar AS) pada 2030. Rata-rata pendapatan nasional per kapita Indonesia saat ini mencapai US$ 4.291 atau sekitar Rp 66 juta per tahun.
"Target kami adalah pada 2030 adalah bisa menaikkan pendapatan per kapita menjadi US$ 10.000 per kapita," ujar Luhut dalam SOE Conference di Nusa Dua, Bali, Senin (17/10).
Ia mengatakan, bukan hal mudah untuk mencapai target Indonesia menjadi negara maju pada 2045. Indonesia menghadapi badai yang membuat pasar keuangan sangat bergejolak. Pemerintah sangat serius untuk melewati kondisi badai ekonomi Indonesia.
Luhut mengatakan, kondisi ekonomi dunia sangat tidak pasti. Lonjakan komoditas global dan pangan memicu kenaikan harga. Namun, ia memperkirakan inflasi Indonesia pada tahun ini dapat terkendali di kisaran 6% meski pemerintah sudah menaikkan harga BBM. "Di negara lain, inflasi bisa mencapai 10%," katanya.
Meski kondisi ekonomi Indonesia saat ini sangat stabil, menurut dia, tidak ada yang bisa memprediksi keadaan ekonomi dalam tiga bulan ke depan. Perang di Ukraina masih berlangsung dan bank-bank sentral global tengah menaikkan suku bunga secara agresif. The Federal Reserve saat ini telah menaikkan suku bunga sebesar 300 bps.
"Langkah yang ditempuh bank sentral, seperti The Fed mendorong aliran modal asing keluar dari Indonesia," kata dia.
Ia mengatakan dolar AS yang menguat akan membuat banyak negara mengalami depresiasi nilai tukar. Hal ini membuat kinerja manufaktur di banyak negara menuruun yang tercermin dengan data PMI. Namun, menurut Luhut, kinerja manufaktur di Indonesia yang tercermin dengan data PMI masih menunjukkan performa yang sangat bagus.
"Kita beruntung ekonomi terkendali, tetapi tidak boleh jumawa karena apapun bisa terjadi," kata dia.