Nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,06% di level Rp 15.261 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot hari ini. Rupiah tidak mampu menguat signifikan sore ini sekalipun data penjualan barang tahan lama AS semalam mengindikasikan penurunan yang lebih dalam dari ekspektasi pasar.
Rupiah sempat dibuka menguat cukup kuat di bawah Rp 15.230, tetapi berangsur melemah menjelang penutupan perdagangan.
Mayoritas mata uang Asia melemah. Dolar Taiwan melemah 0,69%, won Korea Selatan 0,01%, ringgit Malaysia 0,21%, baht Thailand 0,9%, yen Jepang 0,37%, dolar Hong Kong 0,07% dan dolar Singapura 0,18%. Hanya rupiah, peso Filipina, dan India yang tercatat menguat masing-masing 0,06%, 0,36%, dan 0,21%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebut koreksi rupiah seiring dolar AS melanjutkan penguatannya pada perdagangan hari ini.
"Ekspektasi pasar bahwa The Fed harus menaikkan suku bunga lebih dari perkiraan semula menguat menyusul serangkaian data ekonomi optimis dari Amerika Serikat, telah membuat greenback melemah dalam beberapa pekan terakhir," kata Ibrahim dalam catatannya sore ini, Selasa (28/2).
Ekspektasi berlanjutnya kenaikan bunga The Fed ditopang oleh kondisi ekonomi AS yang masih kuat. Investir, kata Ibrahim, kini mengantisipasi level terminal rate atau titik puncak suku bunga The Fed akan melampaui 5,4%.
Rupiah sempat menguat pagi ini merespons rilis data penjualan durable goods atau barang tahan lama AS bulan lalu yang menurun lebih dalam dari antisipasi pasar. Penjualan barang tahan lama turun 4,5% pada Januari dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan ini lebih dalam dari perkiraan pasar 3,7%.
"Penguatan ini setelah data pemesanan durable goods turun lebih besar dari perkiraan. Ini sedikit meredakan kekhawatiran soal The Fed lebih agresif mengenai kebijakan suku bunga kedepan," kata Lukman dalam catatannya pagi ini, Selasa (28/2).