Silicon Valley Bank alias SVB resmi dinyatakan bangkrut dan diambil alih regulator Amerika pada akhir pekan lalu. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan perlu mewaspadai kondisi pasar keuangan global setelah kejatuhan bank asal Amerika Serikat itu.
"Kita juga perlu terus waspada karena yang disebut transmisi dari persepsi dan psikologis itu bisa menimbulkan situasi yang cukup signifikan bagi sektor keuangan, seperti yang kita lihat di Amerika Serikat," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers, Selasa (14/3).
Sri Mulyani menyebut setelah kabar kejatuhan SVB, volatilitas di pasar keuangan kembali meningkat. Hal ini tercermin dari index volatilitas pasar saham (VIX) dan indeks pasar obligasi (MOVE) yang melonjak sebagai efek limpahan dari meningkatnya sentimen negatif dampak kejatuhan SVB.
Meski demikian, ia menyebut beberapa pihak sudah memperkirakan kejatuhan SVB itu tidak akan separah kebangkrutan bank saat krisis keuangan 2008. Selain itu, dalam paparannya ia juga menyebut keterkaitan portofolio SVB dengan sektor keuangan Indonesia terbatas.
Di sisi lain, bendahara negara itu mengingatkan perlu memetik pelajaran dari kasus SVB tersebut. Sekalipun bank yang berbasis di California itu tidak masuk dalam 10 bank terbesar AS, tetapi efeknya signifikan dari sisi kepercayaan deposan di Amerika Serikat.
"Ini tentu suatu pelajaran yang perlu kita lihat bahwa bank yang kecil dalam posisi tertentu bisa menimbulkan persepsi sistemik," ujarnya.
Kejatuhan SVB tidak lepas dari persoalan likuiditas. Selain itu, kenaikan pada suku bunga kebijakan bank sentral AS, The Fed telah membuat harga obligasi yang dipegang SVB berguguran. Saat SVB mengalami masalah likuiditas, bank terpaksa menjual rugi aset-asetnya. Hal ini yang kemudian memunculkan masalah pada neraca keuangan SVB. Persoalan ini kemudian memicu nasabah ramai-ramai menarik dananya di SVB.
Sri Mulyani berharap regulator AS bisa segera menstabilkan sektor keuangannya. Volatilitas pasar keuangan sebetulnya juga sudah meningkat karena pernyataan hawkish bos The Fed soal suku bunga sebelum adanya kabar SVB tersebut.
Sebelumnya regulator California resmi menutup dan mengambil alih SVB pada akhir pekan lalu. Kejatuhannya menjadi sorotan publik karena termasuk salah satu dari 20 bank terbesar di AS, dengan nilai aset sekitar US$ 209 miliar atau di posisi ke 16 dari sisi nilai aset.
Kejatuhan SVB juga telah menimbulkan efek negatif ke pasar keuangan global. Nilai pasar agregat perusahaan yang termasuk dalam MSCI World Financial Index and MSCI EM Financial Index tela turun US$ 465 miliar sejak Jumat.
Selain SVB, ada dua bank lainnya yang juga bangkrut dalam sepekan terakhir, yakni Silvergate dan Signature. Kedua bank tersebut merupakan spesialis penyalur dana untuk sektor pasar kripto.
Meski ada tiga bank gagal dalam sepekan, Presiden Joe Biden bersikeras bahwa sistem keuangan Amerika Serikat masih aman. Regulator pun menjamin semua simpanan para nasabah di kedua bank yang ditutup regulator, yakni Silicon Valley Bank dan Signature Bank, serta menciptakan program yang secara efektif memberikan bantuan kepada bank lain untuk melindungi mereka dari aksi penarikan besar-besaran dana nasanah.
“Simpanan Anda akan tersedia saat Anda membutuhkannya,” kata Biden saat memberikan kepastian kepada publik terkait keamanan sistem keuangan AS, seperti dikutip dari APNews, Senin (13/3)