Rupiah tidak banyak bergerak pada perdagangan Rabu (15/3) sore ini meski data neraca dagang Indonesia bulan lalu jauh lebih bagus dari perkiraan pasar. Rupiah menguat tipis tiga poin ke level penutupan sore ini di Rp 15.382 per dolar AS.
Rupiah bergerak melemah setelah sempat dibuka menguat pagi ini dan sempat menyentuh level terkuatnya di Rp 15.343 pada pukul 10.15 pagi ini.
Mayoritas mata uang Asia lainnya juga menguat sore ini. Dolar Singapura menguat 0,14%, bersama won Korsel 0,47%, peso Filipina 0,27%, ringgit Malaysia dan baht Thailand kompak menguat tipis 0,01%. Sebaliknya, yen Jepang anjlok 0,46%, bersama yuan Cina 0,36%, rupee India 0,01%, dolar Taiwan 0,11% dan dolar Hong Kong 0,02%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebut dolar AS cenderung stabil terhadap mata uang Asia di tengah mulai surutnya kekhawatiran terhadap kejatuhan bank-bank di AS serta pasar bertaruh The Fed mulai menurunkan laju kenaikan bunganya.
Pasar sekarang berekpektasi The Fed hanya akan menaikkan suku bunga 25 bps, lebih dovish dibandingkan pekan lalu yang memperkirakan kenaikan setengah persen. Namun data terbaru dari AS menunjukkan inflasi masih tinggi di level 6% secara tahunan pada bulan lalu.
"Data inflasi ini menjaga tekanan pada pembuat kebijakan untuk menahan inflasi," kata Ibrahim dalam catatannya sore ini, Rabu (15/3)
Ibrahim juga menyebut data dari dalam negeri positif. Surplus neraca dagang bulan lalu mencapai US$ 5,48 miliar, meningkat dari bulan sebelumnya US$ 3,8 miliar dan jauh di atas perkiraan pasar yang memperkirakan surplus melambat di kisaran US$ 3 miliar.
Surplus jumbo tersebut bukan karena ekspor melonjak, melainkan impor yang turun tajam sekalipun manufaktur domestik sebetulnya terus membaik dan mendekati momentum ramadan dan lebaran. Nilai ekspor menyusut 4,15% dibandingkan bulan sebelumnya, tapi penurunan impor lebih dalam yakni 13,68%.
Pada perdagangan mata uang Selasa kemarin, rupiah menguat imbas kejatuhan salah satu bank besar di AS, Silicon Valley Bank (SVB). Bangkrutnya SVB mendorong ekspektasi bank sentral AS, The Federal Reserve menahan diri untuk mengambil langkah agresif sehingga dapat memberikan sentimen positif ke rupiah.