Credit Suisse kembali menghadapi krisis dan akan menarik pinjaman mencapai 50 miliar franc Swiss atau setara Rp 828,15 triliun mengacu kurs Bloomberg Rp 16.563 per franc Swiss dari Bank Sentral Swiss guna menopang likuiditasnya. Langkah ini dilakukan seiring kemerosotan sahamnya yang meningkatkan kekhawatiran terhadap kemungkinan krisis perbankan global. Saham Credit Suisse sempat anjlok hingga 30% pada Rabu (15/3).
Credit Suisse menghadapi serangkaian skandal selama bertahun-tahun, perubahan manajemen, hingga kerugian miliaran dolar AS. Bank sistemuk global ini pernah juga menghadapi aksi jual saham pada 2021 yang dipicu oleh kerugian terkait runtuhnya dana investasi Archegos dan Greensill Capital.
Pada Januari 2022, Antonio Horta-Osorio mengundurkan diri sebagai CEO karena melanggar aturan Covid-19, hanya delapan bulan setelah dia dipekerjakan untuk memperbaiki bank tersebut. CEO baru Credit Suisse yang merupakan ahli restrukturisasi bank Ulrich Koerner meluncurkan tinjauan strategis pada Juli 2022, tetapi gagal memenangkan investor.
Kekisruhan kembali terjadi pada Oktober 2022. Harga sahamnya anjlok lebih dari 10% dan nilai obligasinya turun tajam. Banyak pelaku pasar yang bahkan khawatir Credit Suisse akan bernasib seperti Lehman Brothers, salah satu bank investasi terbesar keempat di Amerika Serikat yang bangkrut dan memicu krisis finansial 2008. Jondisi yang terjadi pada Credit Suisse saat itu mendorong regulator di Swiss, FINMA dan Bank of England di London memantau secara langsung apa yang sedang terjadi pada bank investasi global tersebut.
Penyebab kejatuhan harga saham Credit Suisse saat itu merupakan imbas dari laporan Financial Times yang menyebut bahwa para eksekutif Credit Suisse menghabiskan sepanjang akhir pekan lalu untuk meyakinkan para investor utamanya di tengah meningkatnya kekhawatiran kondisi keuangan perusahaan.
Sementara pada bulan lalu, Credit Suisse melaporkan kerugian tahunan pada kuartal keempat tahun lalu mencapai 7,29 miliar franc atau sekitar Rp 115 triliun, terbesar sejak krisis keuangan.
Kejatuhan tiga bank di Amerika Serikat pun ikut menyeret turun harga saham Credit Suisse. Saham Credit Suisse semakin anjlok setelah salah satu investornya, Saudi National Bank pada Rabu (15/3) mengatakan kepada wartawan bahwa mereka tidak dapat memberikan lebih banyak uang kepada Credit Suisse karena dibatasi oleh peraturan. Saham Credit Suisse anjlok 24% pada hari itu.
Credit Suisse mengatakan akan meminjam hingga US$54 miliar dari Bank Sentral Swiss untuk menopang likuiditas dan kepercayaan investor, tetapi beberapa analis percaya bahwa itu tidak mungkin cukup untuk menenangkan investor.
Memenangkan dukungan investor strategis bisa menjadi salah satu opsi untuk menopang kepercayaan pasar. Otoritas Investasi Qatar dan konglomerat Saudi Oyalan Group ada di antara para investornya.
Pada hari-hari awal krisis keuangan global pada tahun 2008, UBS menjadikan Sovereign Wealth Fund dari Singapura, GIC sebagai investor. Namun, penjualan saham akhirnya mengakibatkan kerugian bagi GIC.
Mendivestasi saham di berbagai aset merupakan opsi karena Credit Suisse memiliki bisnis manajemen aset dan saham di SIX Group, yang menjalankan bursa saham Zurich. Credit Suisse telah beralih ke strategi untuk melayani klien kaya sambil mengurangi bisnis perbankan investasinya yang fluktuatif dan telah mengumumkan rencana untuk melepaskannya.
Seberapa Penting Credit usse?
Credit Suisse adalah satu dari 30 bank global yang penting dan dianggap berisiko sistemik. Kegagalannya akan menyebabkan riak di seluruh sistem keuangan.
Credit Suisse memiliki bank Swiss lokal, manajemen kekayaan, perbankan investasi, dan operasi manajemen aset. Mereka memiliki lebih dari 50.000 karyawan dan 1,6 triliun franc Swiss dalam aset yang dikelola pada akhir tahun 2021.
Dengan lebih dari 150 kantor di sekitar 50 negara, Credit Suisse adalah bank swasta untuk sejumlah besar pengusaha, individu, serta perusahaan kaya dan sangat kaya.