Inflasi April Diramal Meningkat Didorong Momentum Mudik Lebaran

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/nz.
Penumpang kereta api Sawunggalih menuju pintu keluar saat tiba di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Minggu (30/4/2023).
Penulis: Abdul Azis Said
2/5/2023, 08.01 WIB

Sejumlah ekonom memperkirakan inflasi April meningkat seiring adanya momentum mudik dan arus balik lebaran, terutama karena kenaikan harga barang transprotasi. Namun inflasi relatif terkendali karena harga pangan stabil di tengah musim panen.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan inflasi April sebesar 0,37% secara bulanan, naik dibandingkan bulan sebelumnya 0,18%. Namun inflasi tahunan diramal menyusut dari 4,97% menjadi 4,37%, makin mendekati target inflasi yang dipatok bank sentral.

Komponen inflasi inti dan harga diatur pemerintah diperkirakan meningkat karena lebaran, namun dikompensasi oleh komponen harga bergejolak yang stabil karena beberapa harga beberapa bahan pangan turun.

Inflasi inti diperkirakan sebesar 2,91% secara tahunan, dipengaruhi oleh konsumsi masyarakat yang meningkat karena adanya momentum Ramadan dan lebaran. Meski demikian inflasi inti sedikit menurun dari bulan sebelumnya 2,94%.

"Peningkatan jumlah arus mudik pada Idul Fitri tahun ini mendorong kenaikan harga transportasi udara dan transportasi darat yang mendorong peningkatan inflasi harga diatur pemerintah," kata Josua Pardede dalam catatannya dikutip Selasa (2/5).

Beberapa bahan pangan pangan naik karena berkaitan dengan lebaran seperti beras, daging ayam, daging sapi dan telur ayam. Meski demikian beberapa bahan pangan lainnya turun seperti bawang merah, bawang putih, cabai rawit, cabai merah dan gula sehingga berkontibusi terhadap inflasi yang tidak naik terlalu tajam bulan lalu.

Karena itu, Josua menilai inflasi komponen harga pangan bergejolak pada momentum Ramadan dan lebaran kali ini cenderung terkendali dan stabil.

Lebih lanjut, risiko yang perlu dimitgasi ke depannya yakni el nino yang akan berdampak terhadap kegiatan produksi pangan. Pasokan pangan domestik berpotensi untuk turun akibat musim kering pada masa el nino yang berujung pada kenaikan harga.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman juga melihat inflasi bulanan pada April kemungkinan meningkat tetapi inflasi secara tahunan kembali menurun. Perkiraannya, inflasi sebesar 0,35% secara bulanan dan 4,35% secara tahunan.

"Hal ini (inflasi bulanan naik) terutama disebabkan oleh kenaikan tarif jasa angkutan penumpang dan harga hotel & restoran yang terkait dengan kegiatan mudik," kata Faisal dalam catatannya.

Sementara, inflasi secara tahunan yang menurun lebih disebabkan karena high base effect alias inflasi yang memang sudah tinggi pada April tahun lalu.

Ketika itu, inflasi melonjak ke rekor tertingginya selama pandemi karena bertepatan dengan Ramadan dan relaksasi pertama kalinya kebijakan Covid-19, tarif PPN naik 1% dan adanya penyesuaian harga BBM non subsidi.

Meski harga transportasi meningkat, namun kelompok barang pangan justru terpantau stabil pada bulan lalu. Hal ini, kata Faisal, karena momentum Ramadan dan lebaran kali ini bertepatan dengan musim panen sehingga pasokan pangan terjaga saat permintaan naik.

Komponan inflasi inti diperkirakan kembali turun menjadi 2,82% secara tahunan. Ada beberapa faktor diantaranya efek putaran kedua dari kenaikan harga BBM subsidi semakin berkurang, nilai tukar rupiah yang memguat dan uang beredar yang tumbuh normal.

Ke depan, Faisal melihat inflasi secara tahunan akan terus menurun dan kembali ke rentang 2-4% atau sesuai target bank sentral pada akhir paruh pertama tahun ini.

Penurunan menurutnya lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan efek putaran kedua dari kenaikan harga BBM subsidi yang kemungkinan hilang sepenuhnya pada paruh kedua nanti. "Kita tetap mempertahankan perkiraan inflasi kita di kisaran 3,6% pada akhir tahun 2023," kata Faisal.

Reporter: Abdul Azis Said