Sejumlah investor Asia bergabung untuk mengajukan tuntutan hukum internasional terhadap pemerintah Swiss atas penanganan pengambilalihan bank bermasalah, Credit Suisse. Otoritas Swiss pada Maret 2023 memaksa merger antara Credit Suisse dan Credit Suisse di tengah kekhawatiran jatuhnya bank sistemik tersebut.
Langkah penggabungan tersebut membuat surat utang senilai US$17 miliar atau setara Rp 81 triliun yang dimiliki oleh investor menjadi tidak berharga. "Semuanya terungkap begitu cepat," kata seorang pemegang obligasi di Singapura yang berbicara kepada BBC secara anonim.
Ia sudah menjadi klien Credit Suisse selama beberapa tahun dan membeli obligasi senilai US$500.000 pada Januari meskipun bank tersebut telah dilanda serangkaian skandal dan masalah kepatuhan selama beberapa tahun terakhir.
"Setiap kali saya berbicara dengan mereka, bank memberi saya kepastian terus-menerus bahwa ini hanya kesalahan kecil, jadi saya memutuskan untuk membeli obligasi. Rasanya saya tidak berjudi," kata dia.
Perusahaan menjual obligasi kepada investor untuk mengumpulkan dana yang mereka butuhkan, membayar kembali uang tersebut dari waktu ke waktu dengan premi.
Jenis obligasi yang dibelinya dari Credit Suisse dikenal dengan obligasi AT1, atau contingent convertibles. Surat utang tersebut biasanya memberikan imbal hasil lebih tinggi bagi investor, tetapi merupakan jenis yang paling berisiko yang dapat diterbitkan bank.
Investor tahu bahwa dalam keadaan yang mengerikan, jenis utang ini dapat dihapus atau menjadi nol, persis seperti yang terjadi ketika UBS disuruh mengambil alih Credit Suisse.
Regulator keuangan Swiss, Finma, belum mengomentari secara langsung gugatan tersebut. Namun, Finma mengatakan pada Maret 2023 bahwa "persyaratan kontraktual" untuk penghapusan telah dipenuhi.
Obligasi AT1 dapat dihapus untuk menunjang kelangsungan hidup bank. Langkah ini diiringi dengan kebijakanp pemerintah Swiss untuk memberikan dukungan likuiditas yang luar biasa.
Namun demikian, lusinan pemegang obligasi individu di Singapura telah bergabung dengan ribuan investor ritel yang dirugikan secara global untuk menggugat otoritas Swiss di pengadilan. Keluhan utama pemegang obligasi adalah cara merger dilakukan.
Inti dari klaim mereka adalah siapa yang diprioritaskan ketika bank bangkrut. Ketentuan obligasi, yang dilihat oleh BBC, menunjukkan bahwa pemegang obligasi, jika memungkinkan, seharusnya diberi kompensasi terlebih dahulu, baru pemegang saham.
Namun dalam praktiknya, pemegang saham diizinkan menukar saham Credit Suisse mereka dengan saham UBS, meski dengan nilai yang jauh berkurang. Ini artinya, mereka yang membeli saham mendapat sesuatu, sedangkan mereka yang membeli obligasi tidak mendapat apa-apa.
Firma hukum yang mewakili pemegang obligasi menyebut keputusan regulator Swiss sebagai "tindakan melanggar hukum" yang memiliki konsekuensi menghancurkan ribuan investor ritel dan kecil secara global.
"Secara sederhana, pemegang obligasi dicabut seluruhnya dari nilai obligasi mereka melalui serangkaian tindakan administratif yang tidak biasa," kata Epaminontas Triantafilou dari firma hukum Quinn Emanuel.
Pemegang obligasi lain yang berbasis di Asia yang berbicara kepada BBC mengatakan, dia dan istrinya, yang akan pensiun tahun ini kehilangan tabungan hidup mereka akibat keputusan tersebut.
"Kami kurang tidur karena ini. Seharusnya ini merupakan investasi yang solid, tapi sekarang saya pikir reputasi Swiss dan bank-bank Swiss telah menurun," katanya.
"Siapa di dunia ini yang akan mempercayai Swiss lagi?"
Investor juga tidak senang dengan jaminan yang mereka terima dari Credit Suisse, meskipun faktanya bank sedang mengalami kesulitan yang sangat besar.
Vinit Chandra, pemegang obligasi lainnya di Singapura, mengatakan presentasi yang diberikan bank mendorong pembelian obligasi paling lambat 14 Maret . Ini tepat sehari sebelum investor Saudi mengatakan mereka tidak akan memberikan bantuan keuangan lagi kepada Credit Suisse dan bank mengalami kerugian 25% menjatuhkan harga sahamnya.
"Saya kenal orang-orang, investor canggih, yang pergi dan membeli obligasi itu," katanya.
Para investor tersebut meyakini obligasi yang mereka cukup aman. Adapun Credit Suisse tidak mengomentari tuntutan hukum tersebut.
Pakar hukum menyatakan keraguan tentang apakah investor akan berhasil menggugat regulator Swiss. Namun mengingat bahwa undang-undang Swiss hanya mengizinkan periode terbatas untuk mengajukan klaim, gugatan memang harus diajukan pemegang obligasi sekarang atau tidak sama sekali.