Ekonomi Cina Lesu, Pertumbuhan Kuartal II di Bawah Ekspektasi Pasar

ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song/WSJ/cf
Ilustrasi. Pertumbuhan ekonomi Cina yang mencapai 6,3% lebih tinggi dibandingkan kuartal pertama sebesar 4,5%. Namun, angka tersebut berada di bawah ekspektasi pasar sebesar 7,3%.
Penulis: Agustiyanti
17/7/2023, 16.45 WIB

Cina mencatat, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2023 sebesar 0,8% dibandingkan kuartal sebelumnya atau 6,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar dan menandakan ekonomi terbesar kedua dunia ini yang melesu.

Mengutip Reuters, pelaku pasar memperkirakan ekonomi Cina pada kuartal kedua tahun ini tumbuh 0,5% secara kuartalan. Sementara pertumbuhan ekonomi kuartal I 2022 tercatat mencapai 2,2% secara kuartalan. 

Adapun berdasarkan basis tahunan, pertumbuhan ekonomi Cina yang mencapai 6,3% lebih tinggi dibandingkan kuartal pertama sebesar 4,5%. Namun, angka tersebut berada di bawah ekspektasi pasar sebesar 7,3%. 

"Data menunjukkan bahwa ledakan ekonomi Cina setelah Covid-19 jelas telah berakhir," kata Carol Kong, ekonom di Commonwealth Bank of Australia di Sydney.

Beberapa ekonom menilai data ekonomi terbaru meningkatkan risiko Cina kehilangan target pertumbuhan 5% pada tahun ini. Data Juni yang dirilis bersamaan dengan angka PDB, menunjukkan penjualan ritel Cina tumbuh 3,1%, melambat tajam dibandinkan kenaikan pada Mei yang mencapai 12,7%.  Sementara itu, analis memperkirakan pertumbuhan ritel mencapai 3,2%.

Pertumbuhan hasil industri secara tak terduga meningkat menjadi 4,4% bulan lalu dari 3,5% yang terlihat di bulan Mei, tetapi permintaan tetap lesu.Investasi aset tetap swasta menyusut 0,2% dalam enam bulan pertama, sangat kontras dengan pertumbuhan 8,1% dalam investasi oleh entitas negara. Ini menunjukkan kepercayaan bisnis swasta yang lemah

Para analis melihat momentum keseluruhan yang lemah dan risiko resesi global telah meningkatkan ekspektasi para pembuat kebijakan perlu berbuat lebih banyak untuk menopang ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Menurut para analis, pihak berwenang kemungkinan akan meluncurkan lebih banyak langkah stimulus termasuk pengeluaran fiskal untuk mendanai proyek infrastruktur besar, lebih banyak dukungan untuk konsumen dan perusahaan swasta, dan beberapa pelonggaran kebijakan properti, kata orang dalam kebijakan dan ekonom. Namun, perubahan haluan yang cepat tidak mungkin terjadi.