Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Capai 5,17%, Sesuai Ramalan Sri Mulyani

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/hp.
Ilustrasi. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini mencapai 5,3%.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
7/8/2023, 11.20 WIB

Badan Pusat Statistik mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua mencapai 5,17% secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,03%. Capaian ini sesuai dengan prediksi Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo serta berada di atas perkiraan para ekonom. 

Deputi Bidang Neraca dan Statistik BPS Moh. Edy Mahmud menjelaskan, produk domestik bruto Indonesia atas dasar harga berlaku pada kuartal kedua tahun ini mencapai Rp 5.226,7 triliun, sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai Rp 3.075,7 triliun. Dengan capaian tersebut, pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua tahun ini mencapai 3,86% dibandingkan kuartal pertama tahun ini atau 5,17% dibandingkan kuartal kedua 2022.

"Pertumbuhan ekonomi konsisten di atas 5% selama tujuh kuartal berturut-turut, ini  menandakan perekonomian kita semakin stabil," ujar Mahmud dalam konferensi pers, Senin (7/7). 

Edy mengatakan, terdapat beberapa catatan penting  memengaruhi pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua. Dana Moneter Internasional atau IMF memperkirakan. pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat pada tahun ini dibandingkan tahun lalu. Namun, pertumbuhan ekonomi negara berkembang diperkirakan tumbuh di atas ekonomi global dan negara maju pada tahun ini dibandingkan 2024. 

"Ekonomi beberapa negara maju tetap tumbuh meski beberapa melambat. Ekonomi Cina pada kuartal II tumbuh 6,3%, Amerika Serikat 2,6%, Jepang 1,3%, dan India 6,2%," kata dia. Keempat negara tersebut merupakan mitra dagang utama Indonesia. 

Edy menjelaskan, kinerja ekonomi pada kuartal kedua juga dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas yang memengaruhi kinerja ekspor dan impor, serta neraca perdagangan. Kinerja ekspor melambat pada kuartal kedua tahun ini, tetapi neraca perdagangan masih mencatatkan surplus US$ 7,82 miliar meski turun 49,81% dibandingkan kuartal II 2022. 

Kinerja ekonomi kuartal II yang kuat juga dipengaruhi mobilitas masyarakat yang semakin meningkat pada kuartal kedua seiring dengan momentum Ramadan dan Idul Fitri. Ekonomi juga didukung sejumlah perhelatan nasional dan internasional, termasuk keketuaan Indonesia pada KTT ASEAN tahun ini.

"Daya beli masyarakat juga meningkat seiring inflasi yang terkendali," kata dia. 

Menurut Edy, aktivitas produksi juga tumbuh stabil terlihat dari data PMI Manufaktur Bank Indonesia yang masih berada di zona ekspansi. Impor barang modal juga tumbuh 13,51% secara tahunan, demikian pula dengan penjualan mobil dan listrik yang tumbuh masing-masing 4,48% dan 3,65% secara tahunan.

Beberapa ekonom sebelumnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan di bawah 5%, lebih rendah dari kuartal pertama tahun ini sebesar 5,03%. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 sebesar 4,95% secara tahunan. Namun demikian, pertumbuhan secara kuartalan lebih tinggi yakni sebesar 3,65% dari kuartal pertama minus 0,92%.

David menilai belanja masyarakat melambat dipengaruhi penurunan harga komoditas. Pertumbuhan konsumsi juga tidak terlalu signifikan karena sudah terjadi tahun lalu.  Sementara itu,  investasi pada kuartal kedua ini juga dinilai masih tertahan, salah satunya karena perilaku wait and see jelang Pemilu 2024.  

Senada dengan David, Kepala Ekonom BNI Sekuritas, Damhuri, memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua melambat ke 4,96%. Pertumbuhan masih akan ditopang konsumsi masyarakat yang lebih tinggi dari kuartal sebelumnya karena daya beli membaik dan adanya momentum lebaran.

Ramalan para ekonomi lebih pesimistis dibandingkan perkiraan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada April hingga Juni ini mencapai 5% hingga 5,3%. Sementara itu, Perry memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,1%.