Riset Bank Pembangunan Asia (ADB) menunjukkan, terdapat potensi tambahan 355-375 ribu tenaga kerja baru pada 2030 dengan perkembangan industri motor listrik. Namun, Indonesia membutuhkan investasi jumbo untuk meningkatkan kapasitas produksi hingga 2,3 juta unit motor listrik dalam tujuh tahun ke depan.
ADB memperkirakan, Indonesia dapat meningkatkan kapasitas produksi motor listriknya menjadi 2,3 juta unit pada 2030 atau memenuhi sekitar 90% dari permintaan saat ini. Namun, untuk memenuhi angka itu, butuh investasi sekitar US$ 610 juta atau Rp 9,3 triliun dalam 5 tahun hingga 10 tahun ke depan.
ADB pun menghitung potensi manfaat yang bisa diperoleh Indonesia berlipat dibandingkan nlai investasi tersebut. Nilai ekonomi Indonesia bisa bertambah US$ 3,5-4 miliar yang sebagian besar berasal dari tambahan nilai ekonomi secara tidak langsung.
"Penciptaan lapangan kerja baru 355-375 ribu, yan mana tambahan 15-20 ribu yang sifatnya langsung, 215-225 ribu tidak langsung dan 125-130 ribu dari manfaat yang diinduksi," dikutip dari laporan terbaru ADB, Jumat (25/8).
Selain itu, menurut riset tersebut, Indonesia bisa menghemat US$ 130 juta biaya dari lokalisasi produksi yakni penggunaan bahan baku lokal untuk proses manufaktur. Dari sisi lingkungan, manfaatnya berupa penghindaran penciptaan setengah juta ton emisi CO2.
Riset McKinsey Center for Future Mobility memperkirakan penjualan motor listrik di Asia Tenggara mencapai 4,5 juta unit pada 2030. Lebih dari separuh penjualan tersebut akan berasal dari Indonesia.
Adapun riset McKinsey tersebut memperkirakan penjualan motor listrik di dalam negeri bisa mencapai 2,5 juta unit per tahun pada tahn 2030. Jumlah tersebut melonjak belasan ribu kali dibandingkan penjualan tahun 2021 sebesar 17 ribu unit.
"Pemerintah di kawasan ini telah mengumumkan kombinasi ambisi dan/atau target elektrifikasi moda transportasi, yang didorong oleh kebutuhan untuk mengendalikan polusi, memitigasi perubahan iklim melalui pengurangan emisi dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil. Target-target ini mempunyai potensi untuk menciptakan peningkatan permintaan yang signifikan setelah tahun 2030," kata laporan tersebut.
Laporan ADB itu juga memuat hasil analisis dari wawancara dengan para produsen motor listrik di Asia Tenggara mengenai berbagai hal penting bagi pelaku industri motor listrik. Delapan aspek yang dinilai penting, antara lain sebagai berikut:
- Permintaan domestik, termasuk upaya memperluas ke pasar ekspor
- Potensi imal hasil dari investasi
- Kemudahan berusaha
- Ketersediaan ekosistem, termasuk ketersediaan pemasok komponen untuk motor listrik
- Ketersediaan tenaga kerja
- Biaya logistik dan transportasi juga dipandang penting oleh pelaku usaha
- Ketersediaan teknologi yang lebih terkini
- Pertimbangan tekait kompetisi dengan industri motor konvensional