Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengklaim penerapan program ekosistem logistik nasional atau National Logistic Ecosystem di pelabuhan dan bandara sudah mulai membuahkan hasil.
Terbukti, biaya logistik tercatat 14,29% dari produk domestik bruto (PDB) atau dianggap sudah cukup baik karena berada di bawah 15%. Tak hanya itu, waktu bongkar muat atau dwelling time Per Agustus 2023 juga jadi lebih efisien, yakni hanya 2,52 hari.
Sekretaris Menteri Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan durasi dwelling time per Austus 2023 sudah melampaui target pemerintah, yakni 2,9 hari.
“Ini melampaui target kami dan hanya sedikit di bawah Singapura untuk kawasan Asia,” ujar Susiwijono dalam acara seminar Peningkatan Kinerja Logistik melalui Utilisasi Layanan National Logistics Ecosystem Kemenko Perekonomian, Selasa (10/10).
Kemenko Perekonomian bersama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Badan Pusat Statistik (BPS) meluncurkan laporan biaya logistik nasional dengan menggunakan basis data BPS pada 14 September lalu.
Dalam data tersebut, biaya logistik tercatat 14,29% dari PDB, atau cenderung membaik karena berada di bawah 15%.
“Targetnya kemarin diskusi dengan pak menko dan kepala Bappenas. Diharapkan 2045 biaya logistik hanya 8% dari PDB jadi sangat efisien sekali ini target kita bersama capai Indonesia Emas 2045,” ujar Susi.
Namun, Susi mengatakan, terkait utilisasi infrastruktur logistik, terutama pemanfaatan pelabuhan untuk kawasan timur Indonesia, rata-rata masih di bawah 50%.
Hal ini, selain disebabkan oleh faktor ketimpangan muatan, juga disebabkan oleh sarana fasilitas pelabuhan yang memang masih belum merata sehingga perlu perbaikan infrastruktur pelabuhan.