Kinerja Rupiah Paling Baik, Mata Uang Asia Lain Terkapar

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023).
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Lavinda
12/10/2023, 17.10 WIB

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan hingga masuk ke level psikologis 15.700 pada pekan ini. Kendati demikian, secara akumulasi, pelemahan rupiah tercatat hanya 0,8% sepanjang tahun ini, jauh lebih baik dibanding pelemahan mata uang negara-negara di Asia. 

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak stagnan di level 15.700 pada perdagangan hari ini, Kamis (12/10). Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia hari ini justru menguat ke posisi Rp15.702 dari sebelumnya Rp15.710 per dolar AS.

Secara akumulasi, pelemahan nilai tukar rupiah sepanjang tahun ini tercatat paling ringan dibanding kondisi nilai tukar mata uang negara lain di kawasan Asia. Sebut saja Yen yang melemah paling dalam terhadap dolar AS sepanjang tahun ini, yakni mencapai 13,43%.

Posisi kedua ditempati oleh Ringgit Malaysia yang melemah 7,21%. Kemudian, Yuan Cina dan Baht Thailand yang melemah masing-masing sebesar 5,77% dan 4,5%. Adapula Peso Filipina yang melemah 1,95%, dan Dolar Singapura melemah sebesar 1,59%.

Hanya Dolar Hong Kong yang tercatat mengalami pelemahan lebih baik dibanding rupiah, yakni hanya 0,13%. 

Chief Economist PT Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai pelemahan nilai tukar rupiah dan mata uang negara-negara di Asia lain terjadi karena dolar AS yang terlalu kuat terhadap hampir seluruh mata uang di dunia.

"Di Indonesia, pelemahan baru terjadi secara konsisten dari akhir Juli atau awal Agustus sampai sekarang, terutama karena aliran dana asing di pasar obligasi dan pasar saham mulai keluar," ujar David saat dihubungi Katadata.co.id.

Aksi ini biasa dikenal dengan istilah risk off, yakni menunjukkan situasi ketika investor menarik modal dari aset berisiko tinggi untuk menghindari kemungkinan rugi.

"Aliran modal asing keluar dari pasar obligasi hingga Rp 7,2 triliun awal Agustus. Dari pasar saham Rp 1,6 triliun sampai awal Agustus, turun Rp 500 miliar pada September, lalu sekarang minus," sebut David.

Berdasarkan catatan, sepanjang tahun berjalan sampai 5 Oktober, dana asing masuk ke pasar obligasi tercatat Rp 55 triliun. Angkanya masih positif meski menurun dari level sebelumnya Rp 70 triliun lebih.

Hal ini berbeda dengan pasar saham yang mencatatkan kinerja negatif. per 5 Oktober, aliran dana asing yang keluar dari pasar saham mencapai Rp 5,2 triliun.

Menurut David, investor asing menarik dana dari pasar keuangan Indonesia karena faktor global, seperti suku bunga The Fed, fluktuasi harga minyak, dan faktor geopolitik dalam beberapa waktu terakhir.

"Kelihatannya ada perubahan ekspektasi terhadap arah suku bunga The Fed. Tadinya investor mengira selesai September, tapi kelihatannya November suku bunga akan naik lagi dan akan berlangsung lebih lama, jadi dolar menguat ke hampir semua mata uang, termasuk rupiah," papar David.

David Sumual menjelaskan pelemahan rupiah berisiko membuat aliran dana asing keluar semakin banyak dari pasar obligasi.

Selain itu, harga minyak berpotensi cenderung meningkat, karena biasanya perusahaan atau pemerintah meningkatkan permintaan barang impor karena khawatir harga barang impor meningkat.

"Selain itu, pemerintah masih banyak menyimpan dana. Jadi kalau dikeluarkan akan dorong impor juga sampai akhir tahun, dan menimbulkan risiko," ujar David.

Sementara itu, David Sumual memperkirakan rupiah bisa saja semakin melemah hingga akhir tahun jika kondisi geopolitik antara Israel dan Palestina terus meluas dan berkepanjangan. Sebaliknya, rupiah berpotensi menguat kokoh jika kondisi geopolitik dunia tak berlangsung dalam waktu lama.

Berikut rincian pergerakan nilai tukar mata uang negara-negara di Asia terhadap dolar AS dalam perhitungan tahun berjalan hingga 11 Oktober 2023: 

Mata UangTertinggiTanggalTerendahTanggalNilai Perubahan secara Ytd
Rupiah15.7423 Oktober 202314.5654 Mei 20230,8%
Yuan 7.35048 September 20236.691016 Januari 20235,77%
Yen150.183 Oktober 2023127.2216 Januari 202313,43%
Peso57.19526 September 202356.6302 Maret 20231,95%
Baht37.2404 Oktober 202332.57023 Januari 20234,507%
Hong Kong7.85031-3 Mei, 26-27 April, dan 18-19 April 20237.79251 Agustus 20230,137%
Ringgit4.73804 Oktober 20234.224021 Januari 20237,21%
Dolar Singapura1.3763 Oktober 20231.3012 Februari 20231,593%
Reporter: Zahwa Madjid