Rupiah Melemah ke Level 15.947 per US$ Jelang Keputusan Suku Bunga AS

ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/rwa.
Karyawan menghitung uang dolar Amerika Serikat (AS) di tempat penukaran valuta asing, Jakarta, Rabu (6/1/2021).
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Lavinda
1/11/2023, 10.24 WIB

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah 0,4% ke level 15.947 pada perdagangan Rabu (1/11). Para pengamat pasar uang memperkirakan pelemahan rupiah masih akan berlanjut.

Analis pasar uang Lukman Leong memprediksi rupiah akan melemah terhadap dolar AS yang rebound oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS, di tengah antisipasi Federal Open Market Committee (FOMC) malam ini.

Para pelaku pasar juga masih mengantisipasi data inflasi Oktober di dalam negeri yang diperkirakan akan meningkat.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik dijadwalkan merilis angka indeks harga konsumen pada hari ini, Rabu (1/10).

Rupiah diperkirakan akan bergerak dalam rentang 15.850 hingga 15.950.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra melihat dolar AS menguat terhadap mata uang utama dunia sejak semalam dan pagi ini juga terlihat menguat terhadap nilai tukar regional.

Membaiknya data ekonomi AS yang dirilis semalam yaitu data indeks biaya pegawai, harga rumah, dan tingkat keyakinan konsumen mendorong penguatan dollar AS. “Perekonomian AS yang solid mendukung kebijakan suku bunga tinggi AS,” kata Ariston.

Penguatan dolar AS ini juga bisa sebagai antisipasi pasar terhadap hasil rapat Bank Sentral AS yang akan dirilis dini hari nanti. Pasar akan mencermati pernyataan Bank Sentral soal kebijakan suku bunga tinggi ke depannya dengan kondisi inflasi AS yang belum turun ke target 2%.

Hari ini, Ariston memprediksi potensi pelemahan rupiah dalam rentang 15.930-15.950, dengan potensi support di sekitar 15.860.

Analis Bank Woori Saudara BWS Rully Nova memperkirakan rupiah melemah tipis pada kisaran 15.850-15.890.

“Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal menunggu dan mengamati keputusan rapat Federal Reserve terhadap kebijakan suku bunga dan memburuknya data manufaktur Cina,” kata Rully dikutip Antara.

Lebih lanjut, The Fed diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,5%. Pengendalian inflasi dan penguatan kondisi ketenagakerjaan akan menjadi topik pembicaraan dalam pertemuan FOMC.