OJK: Perbankan Yakin Kinerja Terjaga Meski Survei IKM di Level Pesimis

123RF.com/olegdudko
Executive Director J.P. Morgan Indonesia Henry Wibowo menyebut saham-saham sektor perbankan dan konsumer berpotensi memiliki performa bagus di tahun Pemilu seiring dengan peningkatan perputaran uang beredar.
Penulis: Ira Guslina Sufa
26/11/2023, 15.48 WIB

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis hasil Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) triwulan IV 2023. Survei digelar untuk memperoleh gambaran dari industri perbankan tentang arah perekonomian, persepsi terhadap risiko perbankan serta arah dan tendensi bisnis perbankan pada triwulan mendatang.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan, Dian Ediana Rae menyampaikan hasil SBPO Triwulan IV-2023 ini menunjukkan sektor perbankan tetap optimistis di tengah volatilitas kondisi global dan dinamika kondisi makroekonomi domestik. Hasil SBPO ini juga memperkuat perkiraan OJK tentang dampak ketidakpastian global yang tidak signifikan terhadap kondisi sektor perbankan yang telah disampaikan dalam kesempatan sebelumnya.

“Per September 2023, kinerja intermediasi perbankan tetap terjaga dengan pertumbuhan kredit per September 2023 tercatat 8,96 persen yoy dan DPK yang tumbuh 6,54 persen yoy,” ujar Dian dalam keterangan tertulis OJK yang dikutip Minggu (26/11). 

Menurut Dian outlook kinerja perbankan secara menyeluruh sampai dengan akhir tahun 2023 dan 2024 diperkirakan masih akan terjaga dengan baik. Ekspektasi terhadap kinerja perbankan pada triwulan IV-2023 juga optimis dengan IEK sebesar 84. 

Dalam surveinya, SBPO menghasilkan Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP) yang terdiri dari tiga subindeks yaitu Indeks Ekspektasi Kondisi Makroekonomi (IKM), Indeks Persepsi Risiko (IPR) dan Indeks Ekspektasi Kinerja (IEK). Ketidakpastian kondisi makroekonomi global menyebabkan Indeks Ekspektasi Kondisi Makroekonomi (IKM) pada triwulan IV-2023 berada pada level pesimis yaitu sebesar 43. 

Menurut Dian level pesimis tersebut didorong oleh prediksi melemahnya nilai tukar, dan meningkatnya suku bunga acuan sebagai upaya untuk menahan pelemahan nilai tukar rupiah. Faktor lain adalah laju inflasi yang berpotensi meningkat didorong oleh peningkatan harga pangan dan energi, dan naiknya belanja masyarakat (permintaan) pada akhir tahun.

Meski begitu Dian mengatakan, walaupun kondisi makroekonomi diperkirakan kurang kondusif termasuk karena dampak risiko suku bunga acuan yang tinggi secara global dan dapat berlangsung lebih lama (higher for longer), mayoritas responden meyakini bahwa risiko perbankan baik risiko kredit, likuiditas, dan pasar pada triwulan IV-2023 masih terjaga dan terkendali. Keyakinan ini seiring fleksibilitas ruang penyesuaian suku bunga yang masih cukup besar bagi perbankan karena ditopang likuiditas yang cukup ample serta didukung koordinasi kebijakan terintegrasi melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan. 

Situasi terjaga itu menurut Dian terlihat dari Indeks Persepsi Risiko (IPR) sebesar 58 dengan zona keyakinan bahwa risiko cukup manageble. Juga adanya keyakinan bahwa risiko kredit dan risiko pasar yang tetap terjaga. 

Responden meyakini bahwa kualitas kredit tetap baik, PDN pada level rendah dan berada pada posisi long, dan rentabilitas masih akan meningkat seiring dengan kenaikan penyaluran kredit. Selanjutnya, risiko likuiditas juga diperkirakan masih terjaga stabil dibandingkan triwulan sebelumnya.

Optimistis Kinerja Sektor Perbankan Terjaga

Dian menjelaskan optimisme kinerja perbankan didorong oleh ekspektasi bahwa sisi funding (DPK) akan tetap mampu menyokong meningkatnya penyaluran kredit yang berdampak pada peningkatan laba dan modal perbankan. Sedangkan optimisme kenaikan pertumbuhan kredit pada triwulan IV-2023 didorong ekspektasi pertumbuhan ekonomi domestik yang masih cukup baik, meningkatnya konsumsi, dan masih terjaganya daya beli masyarakat.

Dari sisi penghimpunan dana, responden memperkirakan bahwa pada triwulan IV-2023 DPK juga akan tumbuh meningkat sejalan dengan kegiatan ekonomi yang semakin membaik. Selain itu usaha bank diyakini memperoleh sumber dana untuk mendukung pertumbuhan kredit, dan adanya dana pemerintah yang masuk pada bank daerah. Hal ini tercermin pada kinerja sektor perbankan yang masih on track sesuai dengan rencana bisnis yang disampaikan ke OJK.

Selanjutnya, OJK juga menghimpun informasi terkait inflasi pangan. Terjadinya anomali cuaca akibat faktor El-Nino telah mendorong kenaikan harga pangan secara global sehingga dapat mempengaruhi kredit pada sektor terkait pangan dan turunannya. Hasil survei menunjukkan bahwa responden memandang inflasi sektor pangan relatif tidak berpengaruh signifikan pada kinerja pertumbuhan kredit maupun kinerja debitur.

Namun demikian, bank tetap melakukan strategi mitigasi risiko inflasi pangan antara lain dengan meningkatkan fokus dalam menambah nasabah (debitur) baru secara prudent karena dapat meningkatkan pendapatan secara berkesinambungan, melakukan edukasi kepada pelaku usaha sektor pertanian agar mampu menghindari risiko inflasi pangan, dan melakukan pemantauan harga produksi debitur beserta analisis sensitivitas/stress test terhadap penambahan modal kerja yang dilakukan secara berkala. Hal ini menunjukkan perhatian sektor per bankan terhadap isu ketahanan pangan (food security). 

SBPO triwulan IV-2023 telah dilaksanakan dengan jumlah responden sebanyak 95 bank dengan aset mencakup 94,87 persen dari total aset 105 bank umum. Secara keseluruhan, hasil SBPO menunjukkan responden optimis bahwa kinerja perbankan akan tetap terjaga baik pada triwulan IV-2023. Hal ini tercermin dari Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP) pada triwulan IV-2023 yang tercatat sebesar 62 (zona optimis).