Target Investasi Rp1.650 T di 2024, Bahlil: Itu Tergantung Capresnya

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/rwa.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (2/10/2023). Rapat Kerja Komisi VI dengan Menteri Investasi dan Kepala BP Batam tersebut membahas tindak lanjut permasalahan lahan di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau.
12/12/2023, 12.40 WIB

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menargetkan investasi di tanah air mencapai Rp 1.650 triliun pada 2024. Namun realisasi target tersebut, menurut Bahlil, tergantung pada calon presiden yang terpilih.

“Kalau ditanya apakah bisa tercapai atau tidak Rp 1.650 triliun, itu tinggal capresnya bisa melanjutkan ini atau tidak, kalau capresnya punya otak beda, bagaimana kita bisa merealisasikan angka ini,” ujar Bahlil dalam acara diskusi publik di Jakarta, Senin (11/12).

Selain target investasi, Indonesia juga memiliki mimpi untuk menjadi Indonesia Emas pada 2045. Menurut Bahlil, jika ingin mewujudkan cita-cita tersebut, program hilirisasi harus terus dilanjutkan.

“Saya ingin mengatakan kalau indonesia mau maju hilirisasi harus dilanjutkan,” ujar Bahlil.

Bahlil menargetkan 30% investasi pada 2024 mencapai Rp 1.650 triliun yang berasal dari sektor hilirisasi. Jika dikalkulasikan, investasi dari sektor hilirisasi akan mencapai Rp 495 triliun, termasuk dari sektor-sektor keberlanjutan.

“Karena saya ingin menciptakan investasi yang berkualitas. Hilirisasi itu nilai tambah,” ujar Bahlil.

Ia pun menekankan, bahwa hilirisasi tidak hanya bisa dilakukan oleh pengusaha-pengusaha besar. Namun, dari skala unit usaha kecil menengah (UKM) juga bisa melakukannya.

“Hilirisasi bukan hanya bisnis besar hanya pada kelas bisnis bisnis besar yang membutuhkan modal besar, menguasai pasar untuk hilirisasi pada rakyat menengah dan kecil. Jangan dianggap besar besar semua pembangunan hilirisasi,” kata Bahlil.

Di sisi lain, lanjut Bahlil, sumber daya alam Indonesia yang melimpah, harus dikelola secara bijak dan berkelanjutan lewat hilirisasi dan industrialisasi guna memberikan nilai tambah yang maksimal untuk kepentingan nasional.

Reporter: Zahwa Madjid