Tingkat inflasi di Singapura melonjak lebih dari perkiraan pada Februari 2024. Melansir Business Times, Inflasi umum untuk bulan tersebut menjadi 3,4% secara tahunan, atau tertinggi sejak Juli tahun lalu. Padahal, pada Januari 2024, inflasi di Negeri Singa tercatat hanya 2,9%.
Otoritas Moneter Singapura (MAS), dan Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura (MTI) menjelaskan inflasi yang lebih tinggi mencerminkan kenaikan inflasi akomodasi, selain kenaikan harga inti. Inflasi inti, tidak termasuk akomodasi dan transportasi pribadi, naik menjadi 3,6% secara tahunan, meningkat dari 3,1% yang tercatat pada bulan sebelumnya.
"Ini disebabkan oleh inflasi jasa dan makanan yang lebih tinggi, sebagian mencerminkan efek musiman yang terkait dengan Tahun Baru Imlek," tulis MAS dan MTI, dalam pengumumannya, dikutip Selasa (26/3).
Secara bulanan, inflasi umum naik sebesar 1% di bulan Februari, sementara inflasi inti naik sebesar 0,5%.
Adapun MAS dan MTI mempertahankan perkiraan inflasi setahun penuh, dengan inflasi umum dan inti pada kisaran 2,5% dan 3,5%.
Dengan tidak memperhitungkan dampak sementara dari kenaikan pajak barang dan jasa hingga 9%, inflasi umum dan inflasi inti diperkirakan akan berada pada kisaran 1,5% dan 2,5%.
Kategori Indeks Harga Konsumen
MAS dan MTI menjelaskan, inflasi akomodasi meningkat menjadi 3,9%, dari bulan sebelumnya sebesar 2,1%. Hal ini karena rabat tambahan biaya layanan dan pemeliharaan, yang dicairkan pada bulan Januari, tidak diberikan pada bulan Februari.
Inflasi jasa naik menjadi 4,2% tahun ke tahun, dari 3,3% pada bulan sebelumnya, terutama disebabkan oleh kenaikan harga tiket pesawat dan kenaikan tajam biaya liburan.
Inflasi pangan pun menujukkan peningkatan menjadi 3,8% pada tahun ini, dari 3,3%pada bulan Januari. Kenaikan terjadi karena harga makanan yang dimasak dan tidak dimasak meningkat lebih cepat.
Sementara itu, inflasi listrik dan gas turun menjadi 5,2%tahun ke tahun, dari 5,3% sebelumnya, karena lambatnya laju kenaikan biaya listrik.
Inflasi ritel dan barang lainnya turun menjadi 1,2%, dari 1,4% pada bulan sebelumnya, karena harga minuman beralkohol dan tembakau sedikit meningkat.
Inflasi transportasi swasta turun menjadi 1,4% tahun ke tahun, dari 2,9% sebelumnya, karena tingkat kenaikan harga mobil yang lebih lambat, yang pada gilirannya mencerminkan lebih rendahnya premi sertifikat hak.