Riset: Jakarta Provinsi dengan Pengeluaran Terbesar Selama Ramadan
Jakarta menjadi daerah dengan tingkat pengeluaran terbesar selama bulan suci Ramadan. Berdasarkan riset BSI Institute, rata-rata pengeluaran per individu selama Ramadan di Jakarta adalah sebesar Rp 5,05 juta.
Senior Quantitative Analyst BSI Institute Fatiya Rumi Humaira menjelaskan rata-rata pengeluaran per individu, meningkat Rp 1,20 juta dari biasanya. Jumlah tersebut hampir setara dengan tingkat Upah Minimum Regional (UMR) yang berlaku.
“Apabila membandingkan kenaikan pengeluaran Ramadan di tingkat individu, Jakarta memimpin peningkatan konsumerisme-altruisme tertinggi. Hal ini disebabkan baseline tingkat pengeluaran di provinsi tersebut yang sudah tinggi bahkan di bulan selain Ramadan,” ujar Fatiya dalam risetnya dikutip Selasa (9/4).
Adapun provinsi dengan peningkatan pengeluaran selama ramadan terbesar kedua adalah Kepulaun Riau yang meningkat menjadi Rp 1,03 juta. Selanjutnya, Kalimantan Timur Rp 950 ribu, dan Kepulauan Bangka Belitung Rp 940 ribu.
“Sebanyak 84,4% masyarakat melaporkan pengeluaran yang lebih besar selama Ramadan. Secara umum, rata-rata kenaikan nominal pengeluaran bulanan adalah 33% lebih besar dibandingkan bulan lainnya,” ujarnya.
Fatiya menjelaskan tingginya konsumsi selama Ramadan direfleksikan dalam proporsi masyarakat yang berbelanja selama bulan suci yaitu sebesar 66,1%. Adapun proporsi yang berbelanja saat hari raya hanya 0,9%. Di tengah peningkatan konsumsi tersebut, alokasi untuk aktivitas ekonomi yang bersifat altruisme cukup tinggi.
Hitungan BSI, sebanyak 21% masyarakat memberi hampers atau gift kepada kerabat atau saudara selama periode Ramadhan Idul Fitri. “Rata-rata biaya hampers/ gift adalah sebesar Rp 365.350,” ujar Fatiya dalam risetnya.
Sebagai informasi, altruisme adalah sifat yang lebih memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain. Peningkatan juga terjadi pada konsumsi alat kebersihan, yakni 70% masyarakat membersihkan rumah menjelang puasa.
Di sisi lain, total potensi perputaran ekonomi dari biaya perjalanan mudik lebaran 2024 mencapai Rp 30,42 triliun. Nilai ini berlaku secara nasional dari akumulasi di berbagai daerah.
Fatiya menjelaskan, secara umum, hanya 18,4% masyarakat yang mengeluarkan uang untuk jalan-jalan atau travelling selama Ramadan. Angka ini meningkat dua kali lipat menjelang akhir Ramadan, yakni 36,8% mengeluarkan uang untuk biaya perjalanan mudik. “Rata-rata biaya perjalanan mudik nasional adalah Rp 591.150,” ujarnya.
Berdasarkan perhitungan BSI Institute, total potensi perputaran ekonomi dari biaya perjalanan mudik tersebut secara nasional adalah sebesar Rp 30,42 triliun,” ujar Fatiya.
Secara metode perjalanan publik, masyarakat sebagian besar, 47% mudik dengan mobil pribadi. Adapun 32% dengan motor pribadi, 25% dengan bis/travel, 19% dengan kendaraan sewa, 19% dengan kereta, 12% dengan pesawat, dan 6% dengan kapal.