Alasan Investor Asing Lebih Pilih Vietnam Dibandingkan Indonesia

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan keterangan pers hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) III Tahun 2024 di Kantor LPS, Jakarta, Jumat (2/8/2024). KSSK melaporkan stabilitas sistem keuangan pada triwulan II 2024 masih terjaga di tengah peningkatan tekanan pasar global dan risiko geopolitik dunia yang masih tinggi.
14/12/2024, 22.02 WIB

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyebutkan ada dua alasan mengapa penanaman modal asing atau PMA ke Indonesia masih lebih kecil dari Vietnam. Dua hal ini terkait izin yang wajib dipenuhi perusahaan untuk masuk ke Indonesia.

“Dulu namanya Izin Mendirikan Bangunan, sekarang adalah Persetujuan Bangun Gedung atau PBG. Terus berkaitan tata ruang, itu perlu dua tiga tahun kan,” ujar Perry Perry dalam Seminar KAFEGAMA: Menuju Pertumbuhan Menuju Indonesia Maju di Menara BTN, Jakarta, Sabtu (14/12).

Berdasarkan Laporan Investasi Global dari Konferensi Perkembangan dan Perdagangan UN 2023, PMA Indonesia berada di urutan kedua se-Asia Tenggara, kalah dari Vietnam. Penanaman Modal Asing (PMA) masuk ke Indonesia US$ 21,96 miliar PMA masuk ke Indonesia sementara Vietnam mendapat pendanaan US$ 23,18 miliar.

“Terutama Indonesia kalah dengan Vietnam untuk elektronik, tekstil, dan beberapa food services. PMA dari Jepang dan Korea lebih suka Vietnam daripada Indonesia karena izinnya lama di Indonesia,” ujar Perry.

Di sisi lain, Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat realisasi investasi PMA Indonesia mencapai US$ 50,2 miliar. Negara penanam modal terbesar ke Indonesia adalah Singapura sebesar US$ 15,3 miliar. Ini sudah mencakup 30,4% realisasi investasi PMA Indonesia pada 2023.

Cina menempati posisi kedua dengan realisasi investasi sebesar US$ 7,4 miliar. Posisi ini diikuti oleh Hongkong sebesar US$ 6,5 miliar.

Reporter: Amelia Yesidora